HUT-16 Paroki Curug, Kardinal Suharyo Minta Umat Melewati “Jalan Kecil” Menuju Kesempurnaan Kekudusan

TANGERANG,KITAKATOLIK.COM—Siapapun kita dan dalam status apapun kita, sebagai  murid-murid Kristus, kita memiliki panggilan yang sama yaitu panggilan untuk menuju kesucian yang sempurna. Karena itu, setiap umat beriman seharusnya memiliki cita-cita utama yaitu menjadi orang suci.

“Seringkali kita merasa sangat jauh dari kesucian. Tapi itulah panggilan kita yang paling dasar sebagai murid-murid Kristus. Apapun keadaan kita, kita semua dipanggil kepada kekudusan,” kata Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo dalam kotbahnya saat memimpin Perayaan Ekaristi dalam rangka HUT ke-16 Paroki Curug, Santa Helena, yang terletak  di Kompleks Taman Permata, Lippo Karawaci, Tangerang, Minggu (2/10/2022) siang.

Dalam perayaan HUT yang dirangkai dengan pelantikan anggota Dewan Paroki Pleno Santa Helena masa bakti 2022-2025 tersebut, Kardinal Suharyo berharap agar di suatu hari nanti, ada anak-anak muda yang memilih “menjadi orang suci” sebagai cita-cita hidupnya.

Memilih “menjadi orang suci” sebagai cita-cita hidup, tambah Kardinal, sesuai dengan amanat Konsili Vatikan II dan telah  ditegaskan ulang oleh Paus Fransiskus dalam anjuran apostoliknya yang diumumkan pada tahun 2018 dengan judul “Bersukacita dan bergembiralah” dan sub-judul “Panggilan Menuju Kesucian di dalam Jaman Modern”.

“Jalan Kecil”

Untuk mencapai kesucian tersebut, Kardinal mengajak umat untuk menempuh jalan atau cara yang sederhana, antara lain dengan mengikuti beberapa anjuran yang termuat dalam tulisan Theresia dari Lisieux atau lebih dikenal dengan Theresia dari Kanak-Kanak Yesus berjudul “Jalan Kecil”.

Kardinal menyebut tiga contoh jalan sederhana yang ditulis dalam “Jalan Kecil” tersebut. Pertama, murah senyum. Santa Theresia, kata Kardinal, dikenal sebagai orang kudus yang murah senyum. Dia yakin, bahwa hanya dengan tersenyum saja, sebetulnya kita sudah melangkah menuju kesempurnaan kesucian itu.

“Kalau kita tampil dengan wajah muram, cemberut, pasti orang di sekitar kita akan kesetrum juga, ikutan cemberut. Tetapi ketika kita mencoba tersenyum, saya yakin orang yang kita jumpai juga akan ikut tersenyum,” katanya. Ia   menambahkan, kegembiraan yang diungkapkan di dalam senyum, adalah indikator atau  tanda bahwa kita berjalan menuju kesempurnaan kesucian itu.

”Kita bisa mewartakan Kerajaan Allah dengan tersenyum. Kalau kita muram, kita tidak mungkin mewartakan Kabar Gembira. Masak, mewartakan Kabar Gembira dengan muka muram,” ujar Kardinal kelahiran 9 Juli 1950 ini.

Contoh “Jalan Kecil” kedua adalah menyukuri makanan sebagai berkat Tuhan. Diceritakan  bahwa teman-teman se-biara Santa Theresia tidak pernah tahu makanan kesukaan wanita yang masuk biara sejak usia 10 tahun itu. Pasalnya,  ia selalu menyantap apapun yang ada di depannya dengan gembira.

“Bagi Santa Theresia,  makanan, santap siang, santap malam dan sebagainya itu bukan sekedar jajanan yang diperoleh dari pasar, atau restoran. Tapi merupakan anugerah Tuhan. Jadi Santa Theresia memandang sesuatu dengan kacamata berbeda dan semua dihubungkan dengan Tuhan. Ketika kita melaksanakan hal tersebut,  itulah tanda bahwa kita melangkah maju menuju kesempurnaan kesucian,” ujar  Mgr Suharyo.

Contoh “Jalan Kecil” ketiga, adalah  selalu lebih  memilih duduk dengan “musuh” atau “seteru”.  Santa Theresia, kata Uskup, selalu memilih duduk  bersama-sama orang yang tidak senang terhadapnya.

“Kalau kita hanya duduk dengan teman-teman yang dekat dengan kita, kita memang merasakan kegembiraan, tapi bagian pengorbanannya mana? Sementara ketika kita duduk bersama dengan orang-orang yang tidak kita sukai atau  tidak menyukai kita, pasti ada pengorbanan. Dan setiap pengorbanan itu bisa diberi judul ikut menderita di dalam Kristus. Jadi kita ikut  menderita bagi InjilNya,” jelas Kardinal.

Menuju kesempurnaan kasih

Wakil umat Paroki Curug Santa Helena yang dilantik itu berjumlah 72  orang, terdiri dari 62 Ketua Lingkungan dan 10 orang koordinator kelompok kategorial/pelayaan khusus yaitu Marriage Encounter, Kelompok Pria Katolik, Meditasi Kristiani, Legio Maria, Couple for Christ (suami-istri), Wanita Katolik Republik Indonesia, Persekutuan Doa Kharismatik Katolik, Kerahiman Ilahi dan Lansia.

Sebelum dilantik oleh Pastor Lukas Sulaeman OSC selaku pastor Paroki  didampingi Pastor  Constantius Eko Wahyu OSC dan Pastor Balok Priyanto OSC, kepada para wakil umat itu dimintai kesediaan untuk melayani dengan  sukacita dan rela hati, dengan semangat gembala baik dan rendah hati.

Dalam konteks menjawab panggilan menuju kesempurnaan kesucian, Kardinal meminta seluruh unsur kepemimpinan pelayanan dalam gereja untuk memprasaranai umat dalam perjalanan mereka menuju kesempurnaan kasih dan kesucian.

“Tugas pokok kepemimpinan pelayanan, entah pastor, anggota DPH  atau Dewan Paroki Pleno adalah menyediakan semua yang dapat disediakan bagi umat agar mereka  bisa berjalan bersama-sama menanggapi panggilan kita yaitu bertumbuh menuju  kesempurnaan kasih, kesempurnaan kesucian,” tegas Kardinal.

Setelah perayaan  Ekaristi, umat berpartisipasi dalam ramah tamah yang digelar di Gedung Karya Pastoral dengan penampilan kesenian daerah Flores, Batak dan Jawa. Dirangkai pembagian hadiah bagi para pemenang perlombaan. (Paul M. Goru).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *