Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.”
Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.”
Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Lukas 24: 35-48).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
Dalam Injil hari ini, Yesus “masuk dan hadir” dalam kehidupan aktual sehari-hari dari para rasul (kita) yang memperbincangkan kebangkitan dan penampakan Yesus). Dia hadir membawa keselamatan: ketenangan, sukacita dan kegembiraan serta kedamaian. “Damai sejahtera bagimu!” kata Yesus kepada mereka. (Lukas 24:36).
Tapi mereka (kita) kadang kala menanggapi Yesus itu sebagai “hantu”, menakutkan. Kita sering bimbang dan ragu. Tidak/kurang percaya. Maka Yesus memberi peneguhan: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini!” … Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. Ia menguatkan dan meneguhkan iman mereka dengan berkata: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepadaNya “sepotong ikan goreng” (kita/umat yg menyiapkan hosti, anggur, persembahan material yang sejak abad ke-11sudah diganti dengan kolekte). Ia mengambilnya dan memakannya di depan mereka.” (Lukas 24:38-43).
Yesus “memecahkan roti dan makan ikan”. Tanda kehadiran nyata Yesus. Itulah Sakramen Ekaristi.. Melihat itu mereka, kita percaya dan mengikuti Yesus. Mereka merasa damai, penuh sukacita dan kegembiraan. Mereka tenang.
Kita diajak untuk rajin melihat, merasakan, mengalami, menikmati kehadiran nyata Yesus dalam Sakramen Ekaristi, dalam Misa Kudus, teristimewa pada Hari Minggu, yang merupakan keharusan bagi kita untuk mengikutinya, bukan fakultatip. Bisa ikut Misa Harian (fakultatip, tapi mendapat untung rahmat dan berkat harian kalau ikut).
KehadiranNya membawa keselamatan: membawa Damai sejahtera, membawa sukacita dan kegembiraan, membawa ketenangan. Memang Sakramen Ekaristi, Perayaan Ekaristi atau Misa adalah perayaan keselamatan; perayaan yang membuat selamat kita yang merayakannya. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang rajin merayakan Ekaristi/Misa. Amin.