Letnan Anumerta Herman Yoseph Fernandez, Teman Satu Almamater dengan Pahlawan Nasional Komodor Yos Sudarso Sangat Layak Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional

JAKARTA,KITAKATOLIK.COM–Teman satu almamater Pahlawan Nasional Komodor Yos Sudarso, IJ Kasimo, Frans Seda dan beberapa tokoh Katolik lainnya di Sekolah Keguruan Muntilan, Letnan Anumerta Herman Yoseph Fernandez sangat layak dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.

Kelayakan pria Lamaholot, kelahiran Ende, Flores, NTT, 3 Juni 1925 ini dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, terbaca sangat jelas melalui jejak heroisme yang ditinggalkannya dalam sejarah perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia yang baru saja berdiri.  Jejak heroismenya paling kentara dalam peristiwa pertempuran sengit, hidup-mati, di Desa Sidobunder, Kebumen, Jawa Tengah, atau yang dikenal dengan sebutan Palagan Sidobunder yang memuncak pada tanggal 2 September 1947.

Peristiwa sangat penting

Sebagai bagian dari Tentara Pelajar, Herman yang ditempatkan di Desa Sidobunder, berperang di garis depan di Front Barat Yogyakarta, wilayah yang menjadi titik lemah pertahanan Indonesia dan  menjadi fokus serangan Belanda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, Herman bersama rekan-rekan Tentara Pelajar memberikan perlawanan heroik. Pertempuran menewaskan 19 pejuang, termasuk 16 anggota Tentara Pelajar.

Korban di pihak tentara Belanda juga banyak, bahkan Kapten Nex, pemimpin penyerangan dari jalur Barat itu juga tewas. Herman kemudian ditangkap oleh Pasukan Belanda dan ditembak mati karena dituduh telah menembak mati pemimpin pasukan Belanda tersebut.

Menurut Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri, peristiwa Palagan Sidobunder dan tewasnya Kapten Nex itu menjadi faktor penghambat gerak maju pasukan Belanda dari arah barat Yogyakarta. Jika tidak ada situasi itu, maka tentara Belanda mungkin saja dengan mudah menembus Yogyakarta dari arah barat dan menguasai ibu kota Republik Indonesia itu yang berarti juga menghapus eksistensi Republik Indonesia yang baru diproklamasikan.

“Inilah peran penting dari Palagan Sidobunder serta pengorbanan para pejuang, utamanya Tentara Pelajar yang salah satu pimpinannya adalah Yoseph Herman Fernandez, dalam rangka mempertahankan Ibu Kota Negara Yogyakarta yang juga berarti mempertahankan eksistensi dari Kemerdekaan Indonesia,” jelas Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad)  ini dalam Seminar Nasional bertajuk “Sosok dan Kepahlawanan Herman Yoseph Fernandez Pejuang Era Revolusi, Cahaya dari Timur Untuk Indonesia” yang digelar di  Aula Soerjadi, Gedung PPAD (Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat), Jl. Matraman Raya, Jakarta, Sabtu (14/12/2024) yang lalu.

Selain Kiki Syahnakri, hadir sebagai pembicara Dr. Yoseph Yapi Taum dan sejarawan Prof. Asvi Warman Adam. Dimoderatori wartawati senior Hermien Y. Kleden, seminar ini juga menghadirkan beberapa penanggap utama, antara lain Dr. Inosentius Samsul, SH, M.Hum; Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum; Brigjen TNI M. Syech Ismed, SE, M.Han; Laksma TNI Dr. Hariyo Poernomo SE, MM, M.Tr.Opsla, M.Han, Brigjen TNI (Purn.) Andreas R. Mere. Sementara mantan Gubernur NTT  Mayjen TNI (Purn.) Herman Musakabe  menanggapinya secara daring.

Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri,Dr. Yoseph Yapi Taum, Grace Siahaan SE, MM (Ketua Panitia Seminar), sejarawan Prof. Asvi Warman Adam dan wartawati senior Hermien Y Kleden.

Pengakuan negara dan masyarakat

Seperti tertuang dalam Ringkasan Eksekutif “Naskah Akademik German Yoseph Fernandez Cahaya dari Timur Indonesia” yang ditulis dan dibagikan pada saat Seminar Nasional tersebut, tercatat beberapa bukti pengakuan masyarakat dan juga negara akan kepahlawanan Herman Yoseph Fernandez.

Pertama, ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, tak jauh dari makam sejumpah tokoh dan pahlawan nasional, khususnya Jederal Besar Soedirman, Jenderal TNI (Anumerta) Urip Sumoharjo, Pahlawan Revolusi Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) Katamso Darmokusumo dan Kolonel Inf. (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto serta Cornel Simanjutak.

Kedua, dalam sejumlah monumen dan tugu peringatan sejarah kemerdekaan Indonesia, terukir tegas nama Herman Yoseph Fernandez. Antara lain Monumen Sidobunder, Monumen Tentara Pelajar Kebumen, Monumen Yogya Kembali, Prasasti di Taman Makam Pahlawan Kuusumanegara, dan Makam Herman Yoseph Fernandez di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta.

Ketiga, nama Herman Fernandez dan kisah Palagan Sidobunder telah diabadikan dalam buku “Peranan Pelajar dalam Perang Kemerdekaan” yang diterbitkan oleh Pusat Sejarah dan Tradisi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Juga dalam buku “Gelegar di Bagelen”, Perjuangan Resimen XX Kedu Selatan 1945-1949 dan Pengabdian Lanjutannya yang disusun oleh Ikatan Keluarga Resimen XX Kedu Selatan.

Keempat, Herman Yoseph Fernandez juga diabadikan dalam bentuk patung peringatan di Larantuka, patung kepala di Taman Bung Karno Ende, nama sebuah ruas jalan di Larantuka, serta nama dua buah sekolah TKK di Adonara, Flores Timur.

“Jadi sebetulnya secara de fakto, Herman Yoseph Fernandez adalah pahlawan nasional. Namun de jure,  pemberian gelar pahlawan nasional masih dalam pengusulan, termasuk melalui tahap penyelenggaraan seminar nasional ini,” kata Dr. Yoseph Yapi Taum.

Pahlawan dari Flores  

Usulan untuk menobatkan Herman Yoseph Ferenandez semakin tinggi gaungnya oleh kenyataan belum adanya pahlawan asal Flores yang dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Padahal tak sedikit jumlah pejuang NKRI, yang telah merelakan nyawanya demi Indonesia, yang berasal dari pulau Flores.

“Keterwakilan dalam segala aspek kehidupan berbangsa-bernegara adalah kata kunci dari upaya pemeliharaan atau peningkatan ‘Persatuan Indonesia’, termasuk keterwakilan dalam hal pemberian gelar Pahlawan Nasional. Belum semua daerah di Indonesia memiliki Pahlawan Nasional yang mewakili daerahnya, termasuk Pahlawan Nasional yang mewakili masyarakat Flores,” kata Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri.

Pada hal secara prinsip, tokoh-tokoh itu, termasuk Herman Yoseph Fernandez, telah memenuhi persyaratan dasar yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pahlawan Nasional. Disebutkan di sana, calon haruslah  Warga Negara Indonesia (WNI), memilik integritas moral, berkelakuan baik, setia kepada negara, dan tidak pernah dipidana untuk tindak pidana khusus.

Juga bahwa calon memiliki pencapaian perjuangan, seperti pernah memimpin perjuangan bersenjata atau perjuangan politik yang memberi dampak nasional, serta memiliki karya atau gagasan besar yang mendukung pembangunan negara.

“Herman Yoseph Fernandez memenuhi persyaratan-persyaratan itu. Ia merupakan WNI yang berjuang dengan gigih dalam mempertahankan kemerdekaan RI, khususnya dalam Palagan Sidobunder, Kebumen. Dalam perjuangan, dia integritas moral yang tinggi, terutama ketika ia rela tertangkap untuk menyelamatkan teman seperjuangannya, Alex Rumambi, dan mengaku sebagai pelaku penembakan seorang perwira Belanda untuk melindungi rekan lainnya,” tulis para penyusun Ringkasan Eksekutif “Naskah Akademik German Yoseph Fernandez Cahaya dari Timur Indonesia”.  (Retta DP). 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *