VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Dalam pesannya setelah mendoakan Angelus pada Minggu (15/10/2023) yang lalu, Paus Fransiskus mengajak seluruh umat Katolik untuk mengambilbagian dalam doa dan puasa bagi perdamaian di wilayah Timur Tengah yang sedang diterpa konflik dan mendatangkan ribuan korban.
“Saya terus mengikuti dengan sangat sedih apa yang terjadi di Israel dan Palestina … Saya memikirkan kembali banyak orang… khususnya anak-anak dan orang tua. Saya memperbarui seruan saya untuk pembebasan para sandera dan saya sangat meminta agar anak-anak, orang sakit, orang lanjut usia, perempuan, dan semua warga sipil tidak menjadi korban konflik,” kata Paus Fransiskus seraya mengajak umat untuk berpartisipasi dalam hari doa dan puasa pada esok hari, Selasa (17/12/2023).

Ia juga menekankan pentingnya menghormati hukum kemanusiaan internasional di Gaza “di mana hal ini mendesak dan diperlukan untuk memastikan koridor kemanusiaan dan memberikan bantuan kepada seluruh penduduk.”
“Saudara dan saudari, sudah banyak yang meninggal,” keluh Paus. “Tolong, jangan ada lagi darah orang tak berdosa yang tertumpah, baik di Tanah Suci, Ukraina, maupun di tempat lain mana pun!” kata Paus di hadapan ribuan peziarah yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus seperti dilaporkan Matthew Santucci dari Catholic News Agency (CNA).
Tak pernah menyerah
Sebelum mendoakan Angelus, Paus Fransiskus menegaskan bahwa Tuhan tak pernah jemu-jemunya mengundang manusia untuk datang dan diam dalam dekapan kasihNya. Tapi serentak, Tuhan tidak memaksa orang untuk memenuhi undanganNya.
“Tak jemu-jemunya Tuhan mengajak atau mengundang. Dia tidak pernah memaksa,” kata Paus Fransiskus, bertolak dari Injil hari Minggu (Matius 22:1-14). Dalam Injil tersebut, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang “raja yang mengadakan pesta pernikahan untuk putranya”.
“Ia memanggil kita untuk tinggal bersama-Nya, memberi kita kemungkinan untuk menerima undangan tersebut atau tidak. Ia tidak menawarkan kita hubungan atasan-bawahan, melainkan hubungan kebapaan dan status sebagai anak, yang tentu saja dikondisikan oleh persetujuan bebas kita. Allah menghormati kebebasan; sangat menghormati,” kata Paus Fransiskus.
Meski diberikan ruang kebebasan untuk menerima atau tak menerima undangan Tuhan, Paus mengajak kita untuk mengindahkan undangan tersebut.
“Marilah kita bertanya pada diri kita: bagaimana aku menanggapi undangan Allah? Ruang apa yang kuberikan kepada-Nya di hari-hariku? Apakah mutu hidupku bergantung pada urusan dan waktu luangku, ataukah pada mengasihi Tuhan dan saudara-saudaraku, khususnya mereka yang paling membutuhkan?” tanya Paus. (Admin/CNA).