KITAKATOLIK.COM—DOA seseorang harus selalu merupakan dialog dengan Tuhan dengan kesadaran karitatif pada kebutuhan orang lain.
“Tak ada ruang untuk individualisme dalam dialog dengan Tuhan,” kata Paus Fransiskus, pada Rabu (31/2/2019) yang lalu, seperti ditulis Courtney Grogan dari ChatholicNewsAgency (CNA) sambil menyebutkan bahwa dalam doa “Bapa Kami” tak ada kata “saya”.
Doa seseorang seharusnya tidak mengandung kekesalan dan keluhan seolah-olah, kitalah satu-satunya orang di dunia yang menderita.
“Dalam doa, umat kristiani membawa seluruh kesulitan orang-orang yang hidup berdampingan dan di sekitar dia. Saat malam tiba, dia memberitahu Tuhan tentang semua rasa sakit yang dia temui pada hari itu, menempatkan di hadapan Tuhan banyak wajah, teman maupun musuh,” katanya.
Sebagai kelanjutan dari katekese mingguannya tentang doa “Bapa Kami”, Paus Fransikus memfokuskan pada doa yang berulang-ulang menggunakan kata-kata “mu” dan “kami” bukan kata “aku” atau “saya” yang sangat bernuansa individualistis.
“Yesus mengajar kita untuk menggunakan kata “Mu”, karena doa orang kristiani selalu berisi dialog: ‘domuliakanlah nama-mu, datanglah kerajaan-mu, jadilah kehendak-mu,” jelas Paus dalam audiensi umumnya.
“Jika seseorang tidak menyadari bahwa ada banyak orang di sekitarnya yang menderita, jika dia tidak prihatin terhadap tangisan orang miskin, jika dia kecanduan segalanya, maka hatinya terbuat dari batu,” katanya.
“Dalam hal ini, ada baiknya untuk memohon kepada Tuhan agar menyentuh kita dengan Rohnya sehingga hati kita menjadi lembut,” tambahnya.
Paus juga memperingatkan umat Katolik agar tidak menjadi orang munafik yang mencari perhatian melalui doa. Tapi mengikuti perintah Yesus agar mereka berdoa dalam “keheningan kamar” di mana dia dapat menarik diri dari dunia dan menyapa Tuhan sebagai “Bapa”.
“Pada dasarnya, doa merupakan dialog dalam diam, seperti perjumpaan pandangan antara dua orang yang saling mencintai,” jelasnya. (Admin)