VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Mempersalahkan pihak lain sudah merupakan kebiasaan manusiawi. Kejahatan dan keburukan selalu dianggap berasal dari luar diri, entah itu orang lain, masyarakat, dunia, bahkan “Tuhan”. Meski manusiawi, kita harus keluar dari sikap dan kebiasaan orang atau pihak lain tersebut.
“Marilah kita memohon kepada Tuhan untuk membebaskan kita dari sikap menyalahkan orang lain. Mari kita memohon rahmat untuk tidak membuang waktu mencemari dunia dengan keluhan,” kata Paus Fransiskus dalam pesannya menjelang Doa Malaikat Tuhan pada Minggu (29/8/2021) dari jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Roma.
Mempersalahkan orang lain dan mengeluh, tambah Paus, bukanlah sikap seorang Kristiani. Sebaliknya, Yesus mengajak kita untuk membersihkan hati kita, melihat kehidupan dan dunia mulai dari hati kita.
“Jika dengan tulus kita memohon kepada Tuhan untuk menyucikan hati kita, saat itulah kita akan mulai membuat dunia lebih bersih. Cara terbaik untuk mengalahkan kejahatan adalah dengan menaklukkan kejahatan tersebut di dalam diri Anda sendiri,” katanya.
Menyalahkan diri sendiri, kata Paus mengutip pandangan beberapa birawan dan Bapa Gereja, merupakan jalan menuju kesuciaan.
“Ini adalah kebijaksanaan. Cobalah belajar untuk mempersalahkan diri sendiri. Dan itu akan membuat Anda lebih baik. Juga baik bagi semua orang,” ujarnya.
Sebelum menegaskan hal tersebut, bertolak dari Injil Markus 7:1-8, Paus terlebih dahulu meminta umat untuk meninggalkan formalisme agama yang hanya mengutamakan ketaatan pada tradisi dan kebiasaan lahiriah, tanpa penghayatan makna agung di baliknya.
Mencuci tangan sebelum makan yang merupakan kebiasaan dan tradisi Yahudi, tentu bukan merupakan hal yang buruk. Lalu mengapa Yesus mengabaikannya?
Tujuannya, kata Paus, adalah menghindari formalitas lahiriah dengan meletakkan hati dan iman sebagai latar belakang dari semua tradisi dan kebiasaan itu. (Admin)