VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Palungan merupakan simbol natal yang paling pas. Palungan merupakan tanda bahwa Tuhan menyertai dan mencintai kita, bahkan hingga dalam situasi paling rendah dalam kehidupan kita. Palungan, tempat pembaringan dan peristirahatan pertama anak Kristus, mengajarkan banyak hal tentang makna sejati natal.
“Untuk menemukan kembali makna natal, kita perlu melihat ke palungan,” kata Paus Fransiskus dalam homilinya saat merayakan Hari Raya Kelahiran Tuhan pada misa malam hari di Basilika Santo Petrus, Sabtu (24/12/2022) yang lalu. Menurut Vatikan, perayaan natal ini dihadiri oleh hampir 7000 orang.
Palungan Natal, kata Paus, memberitahu kita bahwa bahwa Tuhan menyertai kita, dia mencintai kita dan dia mencari kita.
“Jadi jangan biarkan diri Anda dikuasai oleh rasa takut, pasrah atau putus asa. Tuhan dilahirkan di palungan, di tempat terendah, sehingga Anda dapat dilahirkan kembali di tempat yang Anda pikir telah mencapai titik terendah. Yesus selalu ingin menyelamatkan Anda,” kata Paus Fransiskus seperti dilaporkan Hannah Brockhaus dari Catholic News Agency.
Kala kita ditelan rasa bersalah dan ketidakmampuan, lapar akan keadilan, kata Paus, Tuhan akan menegaskan bahwa Tuhan sudah mengalami hal serupa saat di palungan.
“Saya tahu apa yang Anda alami, karena saya mengalaminya sendiri di palungan itu. Saya tahu kelemahan Anda, kegagalan Anda dan sejarah Anda. Saya lahir untuk memberi tahu Anda bahwa saya akan selalu dekat dengan Anda,” kata Paus menyebut pesan Tuhan pada kita.
Utamakan kekeluargaan
Tentang “palungan”, Paus menunjuk tiga kata dalam Lukas 2. Pertama, Maria menempatkan Yesus dalam “palungan” (Lukas 2:7). Kedua, para malaikat memberi tahu para gembala tentang “seorang anak yang dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (ayat 12). Dan ketiga, para gembala, yang menemukan “anak itu terbaring di palungan” (ayat 16).
Fransiskus menjelaskan bahwa dengan dilahirkan di kandang dan ditempatkan di palungan untuk tidur, Anak Allah menunjukkan kepada kita bahwa kekayaan sejati ditemukan dalam hubungan, bukan kekuasaan dan uang. “Di sekitar palungan hanya ada sedikit barang: jerami dan jerami, beberapa hewan, sedikit lainnya. Orang-orang merasa hangat di penginapan, tapi tidak di sini dalam dinginnya kandang. Padahal di situlah Yesus dilahirkan,” kata Paus Fransiskus.
“Palungan mengingatkan kita bahwa dia dikelilingi oleh cinta: Maria, Yusuf dan para gembala; semua orang miskin, dipersatukan oleh kasih sayang dan keheranan, bukan oleh kekayaan,” kata Paus sambil menambahkan bahwa Gereja dipanggil untuk menunjukkan kasih sayang yang sama terhadap orang miskin.
“Kita dipanggil untuk menjadi Gereja yang memuja Yesus yang miskin dan yang melayani Dia dalam kemiskinan,” katanya, mengutip St Oscar Romero, yang berkata pada 1 Januari 1980: “Gereja mendukung dan memberkati upaya untuk mengubah struktur ketidakadilan, dan menetapkan satu syarat: bahwa perubahan sosial, ekonomi dan politik benar-benar bermanfaat bagi orang miskin.”
“Tentu saja, tambah Paus, tidak mudah meninggalkan kehangatan nyaman keduniawian untuk merangkul keindahan gua Bethlehem. “Tetapi marilah kita ingat bahwa tanpa orang miskin, tidak ada natal. Tanpa orang miskin, kita bisa merayakan Natal, tapi bukan kelahiran Yesus,” katanya. (Admin)