VATIKAN, KITAKATOLIK.COM—Bersamaan dengan ribuan gereja lainnya, lonceng Basilika Santo Petrus berdentang dalam nada unisono pada hari Minggu, 11 November 2018, saat Paus Fransiskus memperingati 100 tahun berakhirnya Perang Dunia I.
“Sembari kita berdoa bagi para korban dalam tragedi yang mengerikan itu, mari kita nyatakan dengan tegas: Investasikan damai, bukan perang!” kata Paus di akhir pidato Angelus pada 11 November kemarin, seperti dilaporkan Courtney Grogan, dari CNS (Catholic News Service).
Tanggal 11 November 2018 adalah hari peringatan 100 tahun penandatanganan gencatan senjata antara Jerman dan Sekutu di Prancis, yang mengakhiri Perang Dunia I pada tahun 1918.
Kenanganan akan Perang Dunia I, kata Paus, harus menjadi peringatan keras untuk menolak budaya perang dan mencari cara-cara legal untuk mengakhiri konflik berdarah yang masih terjadi di beberapa belahan dunia.
Paus Fransiskus mengutip Paus Benediktus XV, seorang pendukung perdamaian selama Perang Dunia I, yang mencela perang itu sebagai “pembantaian sia-sia” dalam rencana perdamaian tahun 1917-nya. Sebagai Paus yang duduk di Tahta Suci selama masa Perang Dunia I, Benediktus menulis 5 ensiklik dan 3 nasihat apostolik tentang perdamaian.
Sekitar 17 juta orang, tentara maupun sipil, dibunuh dalam perang tersebut. Pada pukul 1.30 waktu Roma, lonceng Basilika Santo Petrus berdentang untuk menghormati ulang tahun ke-100 peristiwa berakhirnya Perang Dunia I tersebut dalam koordinasi dengan lonceng gereja di seluruh Eropa dan seluruh dunia.
Paus Fransiskus memfokuskan peran Angelusnya pada janda miskin dalam Injil Mateus, yang memberikan dua koin – yang merupakan keseluruhan mata pencahariannya – sebagai persembahannya di Bait Suci.
“Dalam kerendahan hati dan kemiskinannya, ia melakukan suatu tindakan yang dituntut dengan makna religious dan spiritual yang besar,” katanya. “Sikap yang penuh dengan pengorbanan, yang memberikan seluruh yang dia punya, tak luput dari perhatian Yesus dan diharapkan Yesus sebagai suatu sikap yang perlu ditiru oleh para muridNya.”
“Cara menilai Tuhan berbeda dengan kita. Dia menilai orang dan tindakan mereka secara berbeda: Dia tidak mengukur berdasar kuantitas atau jumlahnya, tapi kualitas. Dia melihat hati dan kemurnian niat,” jelas Paus Fransiskus. (Admin)