“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5: 17-19).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
BACAAN-bacaan suci hari ini berbicara tentang hukum, peraturan, tatatertib, perintah, protokol Tuhan (juga tentang hukum, peraturan, protokol hidup manusia atau kita).
Perintah dan hukum (Tuhan) ada atau diadakan bukan untuk menjadikan kita budak hukum atau peraturan, melainkan untuk membimbing dan menuntun kita menuju kebaikan umum (bonum commune), kesejahteraan umum, kebahagiaan bersama, keselamatan. Perintah dan hukum mana saja, tujuannya seputar itu saja!
Menepati hukum dan perintah, aturan/peraturan mengandaikan ada kebiasaan dan pengertian yang mendalam dalam diri kita. Tidak bijaksana dan tidak mengerti secara mendalam tentang hukum, peraturan, perintah (sekecil apapun itu, entah hukum Tuhan atau hukum manusia) menjadikan kita menganggap atau merasakan itu sebagai “beban hidup”.
Hidup yang mematuhi hukum, rencana dan kehendak Tuhan, sekurang-kurangnya memberi kepastian bahwa Tuhan sangat dekat dengan kita’; atau kita sangat dekat dengan Tuhan; Tuhan sangat mencintai kita.
Musa menasihati bangsa Israel (kita jaman kini) agar selalu ingat akan ketetapan dan hukum Tuhan dan meneruskannya kepada anak cucunya (kita). Beritahukan semuanya itu kepada anak-anakmu dan kepada cucu-cucu serta cicitmu! (Ulangan 4: 9).
Yesus menegaskan hal yang sama itu. Yesus datang bukan untuk menghapus, meniadakan, menghilangkan itu, melainkan untuk menggenapinya. “… Aku datang bukan untuk meniadakannya (hukum Taurat atau kitab para nabi), melainkan untuk menggenapinya!” (Matius 5:17).
Menggenapi berarti mewujudnyatakan apa yg menjadi “tujuan, cita-cita, harapan, rencana, kehendak dasar” dari Tuhan sendiri. Menggenapi juga berarti melakukan “sesuatu” secara sempurna. Menyempurnakan, membuat yang “sudah ada” menjadi “lebih” …. ( baik, indah, benar, lebih genap atau sempurna). Bukan malah menghilangkan, meniadakan, melenyapkannya.
Kita dipanggil untuk ambil bagian dalam karya Tuhan yaitu menggenapi dan menyempurnakan segala-galanya serta melaksanakan rencana dan kehendak Allah dengan menghayati dan mengamalkan hukum tertinggi yaitu hukum cintakasih dan belas kasih.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus(+) memberkati kita sekalian yang melaksanakan hukum cintakasih dan belas kasih sekarang dan di sini. Amin.