Sekali peristiwa, orang-orang Farisi berkata kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.”
Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pun. Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.” (Lukas 5: 33-39).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM Injil hari ini, orang-orang Farisi dan ah-ahli Taurat mengeritik para murid Yesus yang tidak berpuasa. Terhadap kritikan itu, Yesus menjawab bahwa puasa itu dilakukan ketika “mempelai laki-laki” itu (Yesus sendiri) tidak ada bersama mereka. Jawaban Yesus ini mengajar kita tentang makna sebuah puasa yakni berpuasa atau puasa merupakan salah satu cara atau upaya agar kita bisa bertemu, akrab, dekat dan bersatu dengan Dia.
“Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berkata kepada Yesus: Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-muridMu makan dan minum. Jawab Yesus kepada mereka: Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa” (Luk.5:33-35).
Dalam kehidupan sehari-hari, puasa dimaknai sebagai upaya menahan dan mengurangi makan dan minum. Namun ada makna yang lebih mendalam daripada itu yaitu kita menahan dan mengurangi hal-hal yang kurang baik atau negatif dalam diri kita seperti dendam, iri hati, benci, sombong, dan lain-lain keinginan tidak teratur (dosa dan kesalahan: dengan pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian). Ketika hal-hal buruk atau negatif itu ada dalam diri kita, maka Tuhan pasti “jauh” dari hidup kita. Dengan puasa atau berpuasa, kita kembali dekat, akrab dan bersatu dengan Tuhan.
Kita bisa puasa setiap hari, tanpa harus tunggu masa Prapaskah. Artinya setiap hari kita berpuasa untuk menahan dan mengurangi hal-hal buruk atau negatif dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita sehingga hidup kita selalu bersih dan selalu bersama, akrab, dan bersatu dengan Tuhan.
Kebersamaan dan kebersatuan dengan Tuhan akan membuat kita selalu rindu untuk hidup dalam kebenaran dan kebaikan. Hal ini pula yang membuat kita merasa nyaman dan aman
Selamat merayakan Misa atau Adorasi Jumat pertama bulan September 2022. Selamat menjalankan puasa. Selamat berpuasa. Selamat menahan dan mengurangi hal-hal buruk atau negatif dalam hidup ini. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang selalu berpuasa setiap hari. Amin.