Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”
Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”
“Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?
Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 6: 1-10).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
PERUMPAMAAN-perumpamaan dalaam dalam Injil hari ini (domba, dirham, anak yang hilang) menggambarkan sikap Tuhan Allah terhadap manusia (kita) yang berdosa. Allah tekun mencari sampai menemukannya. Allah tidak pernah lelah dan bosan untuk mencari, menemukan kembali, membawa kembali orang berdosa (kita) dan tidak pernah lelah dan bosan memberi ruang dan kesempatan kepada manusia (kita) untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Allah memperlihatkan cinta dan belaskasihNya kepada kita orang berdosa. Ada dua hal yang dapat dijadikan bahan permenungan kita dari perumpamaan ini.
Pertama: Sikap kita terhadap orang lain di sekitar kita yang diketahui berbuat dosa atau kesalahan. Janganlah kita menghukum, menjauhi mereka bahkan lebih buruk lagi “memperkeruh atau memperburuk” lagi situasi dan kondisi hidup mereka dengan menjelek-jelekkan dan menyudutkan mereka. Janganlah bersungut-sungut seperti orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Kita diajak berani datang mendekat dan dengan penuh cinta menggandeng tangannya, membesarkan hatinya sehingga mereka bisa kembali ke jalan yang benar.
Kedua: Ada kebahagiaan, kegembiraan, sukacita Tuhan melihat manusia (kita) yang berdosa bertobat. “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan,” kata Yesus (Luk. 15:7).
Betapa bahagianya Tuhan kita yang dengan tangan terentang (terbuka), selalu mau menerima kita, walaupun kita kadangkala bahkan selalu tersesat atau menyesatkan diri secara sengaja, dengan sadar dan dengan tahu dan mau.
Tuhan Allah selalu menginginkan kita kembali kepadaNya. Tuhan Allah tidak pernah cape, tidak pernah bosan, tidak pernah lelah untuk mencari dan menerima kembali kita orang berdosa yang mau bertobat. Selamat datang kepada Tuhan pada Misa Harian (fakultatip) dan pada Misa Hari Minggu dan Hari-hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu (wajib, perintah Tuhan: Kuduskanlah Hari Tuhan)!
Selamat bertobat! Selamat bersukacita dan berpesta karena dosa diampuni! Selamat diterima kembali oleh Tuhan. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati saya, anda sekalian yang berdosa yang tidak bosan2nya datang kepada Tuhan dan bertobat. Amin.