Renungan Minggu, 11 September 2022: Dengan Tangan Terbuka, Tuhan Selalu Mau Menerima Kita!

Para pemungut cukai    dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.  Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”   

Lalu Ia mengatakan perumpamaan    ini kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?  

Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,  dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku   yang hilang itu telah kutemukan.  Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga   karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

“Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?  

Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku   yang hilang itu telah kutemukan.  Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 6: 1-10).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

PERUMPAMAAN-perumpamaan dalaam  dalam Injil hari ini (domba, dirham, anak yang hilang) menggambarkan sikap Tuhan Allah terhadap manusia (kita) yang berdosa. Allah tekun  mencari sampai menemukannya. Allah tidak pernah lelah dan bosan untuk mencari, menemukan kembali, membawa kembali orang berdosa (kita) dan tidak pernah lelah dan bosan memberi ruang dan kesempatan kepada manusia (kita) untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Allah memperlihatkan cinta dan belaskasihNya kepada kita  orang berdosa. Ada dua hal yang dapat dijadikan bahan permenungan kita dari perumpamaan ini.

Pertama: Sikap kita terhadap orang lain di sekitar kita yang diketahui berbuat dosa atau kesalahan. Janganlah kita  menghukum, menjauhi mereka bahkan lebih buruk lagi “memperkeruh atau memperburuk” lagi situasi dan kondisi hidup mereka dengan menjelek-jelekkan dan menyudutkan mereka. Janganlah bersungut-sungut seperti orang Farisi dan ahli-ahli  Taurat.

Kita diajak berani datang  mendekat  dan dengan penuh cinta menggandeng  tangannya, membesarkan  hatinya sehingga mereka bisa kembali ke jalan yang benar.

Kedua: Ada kebahagiaan, kegembiraan, sukacita Tuhan  melihat  manusia (kita)  yang berdosa bertobat.  “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan,”  kata Yesus (Luk. 15:7).

Betapa bahagianya Tuhan kita  yang dengan tangan terentang (terbuka), selalu mau menerima kita, walaupun kita kadangkala bahkan selalu tersesat atau  menyesatkan diri  secara sengaja, dengan sadar dan dengan  tahu dan mau.

Tuhan Allah selalu menginginkan kita kembali kepadaNya. Tuhan Allah tidak pernah cape, tidak pernah bosan, tidak pernah lelah untuk mencari  dan menerima kembali kita orang berdosa yang mau bertobat. Selamat datang kepada Tuhan pada Misa Harian (fakultatip) dan pada Misa Hari Minggu dan Hari-hari  Raya yang disamakan dengan Hari Minggu (wajib, perintah Tuhan: Kuduskanlah Hari Tuhan)!

Selamat bertobat! Selamat bersukacita dan berpesta karena dosa diampuni! Selamat diterima kembali oleh Tuhan.  Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati saya, anda sekalian yang berdosa yang tidak bosan2nya datang kepada Tuhan dan bertobat. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *