Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita.
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya. (Matius 1: 18-24).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
MARIA dan Yusuf adalah dua tokoh orang beriman yang perlu diteladani dalam menjalani hidup ini. Maria harus menghadapi tantangan berat bagi iman dan penyerahan dirinya kepada Allah. Ia diminta untuk memikul tanggung jawab besar, yang menuntut iman yang tidak tanggung-tanggung akan janji-janji Allah.
“Aku akan menumbuhkan Tunas Adil (Yesus) bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.” (Yeremia 23:5). Yang sungguh memberatkan Maria ialah ia belum menikah secara resmi dengan Yusuf. Kehamilannya di luar nikah tidak dapat ditolerir pada masa itu dan mengandung risiko yang sangat berat. Suatu persoalan hidup yang maha berat dihadapi Maria. Maria tetap pasrah: mendengarkan dan melaksanakan kehendak Allah.
Yusuf adalah seorang yang lurus hati dan takut akan Allah. Ia tidak ingin mempermalukan atau menghukum Maria yang ketahuan “bermasalah”, sudah hamil. Ia bermenung dan berusaha memahami kehendak Allah di balik “persoalan” yang dihadapinya.
Terhadap sikapnya (yang menuntut iman atau kepercayaan yang luar biasa), Allah mengganjari dia dengan bimbingan dan jaminan Allah sendiri (tuntunan ilahi). Ia percaya akan pesan dan janji Allah untuk mengambil Maria sebagai isterinya dan menerima anak yang ada dalam kandungannya sebagai anaknya sendiri.
“Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Maria akan melahirkan Anak laki-laki, dan engkau akan menamai Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka… Mereka akan menamai Dia Immanuel, yang berarti Allah menyertai kita!” (Matius 1:20-21.23).
Baik Maria maupun Yusuf menjadi teladan iman kita. Bersediakah kita beriman atau percaya akan janji-janji Allah yang pada dasarnya “yang terbaik dan terindah” untuk kita, walaupun kita (seperti Maria dan Yusuf juga) harus menghadapi situasi hidup yang membingungkan dan persoalan-persoalan hidup yang tampaknya sulit bahkan tidak bisa teratasi?
Melalui kelahiran Yesus Kristus (yang kita kenangkan pada Hari Natal 2021 ini) Allah menunjukkan bahwa Ia tidak membiarkan kita berjuang sendirian. Kristus diutus untuk ada, hidup, dan berkarya serta berjalan bersama kita, apapun keadaan kita “saat ini di sini”. Yesus adalah Immanuel, Allah menyertai/beserta kita.
Kita diajak untuk menyongsong perayaan Natal, Immanuel, Allah menyertai kita dengan gembira hati dan sukaria. Baharui iman, harapan dan kasih kita akan Allah yang selalu menyertai kita. Nyalakanlah Lilin Damai (Peace) dalam hati, hidup dan karya kita pada Minggu Adven ke-4 ini!
Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria dan Santo Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus yang selalu menyertai kita (+) memberkati kita sekalian yang tekun meneladani iman Maria dan Yosep dalam hidup ini. Amin.