Sekali peristiwa, Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.
Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.
Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.
Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”
Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (Lukas 10: 1-12.17-20).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
Yesus memgutus 70 murid untuk mewartakan Kerajaan Allah, Kerajaan cinta, membawa Damai Sejahtera, membawa Kabar Sukacita, Kabar Gembira dan menyembuhkan orang-orang sakit serta mengusir roh-roh jahat. “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejarahtera bagi rumah ini.” (Luk. 10:5).
Inti Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja; Allah yang selalu hadir. Kehadiran Allah menjadi pusat perhatian. Allah yang hadir dan meraja menjadi pusat hidup manusia (kita). Allah yang hadir itu memimpin dan merajai hidup kita.
Ketika manusia (kita) hidup seturut rencana dan kehendak Allah, maka Allah menjadi Raja dalam diri dan hidup kita. Allah meraja dalam diri dan seluruh peristiwa hidup kita. Buah yang dihasilkan dan dirasakan adalah damai, sukacita, kegembiraan hidup.
Ketika melihat dunia yang penuh dengan kekerasan dan ketidakadilan serta kejahatan, kita sadar bahwa itu semua terjadi karena manusia dipimpin dan dikuasai “dirinya” yang egoistis dan penuh ambisi. Kalau ini yang terjadi maka itu berarti bukan Allah yang tinggal di dalam hati, pikiran, dan hidupNya. Alhasil, kita tidak akan merasakan damai dan sukacita atau kegembiraan dalam hati dan hidup.
Agar Damai Sejahtera dan Sukacita hadir dan dirasakan dalam hidup, maka yang harus dilakukan adalah melepaskan keinginan dan ambisi-ambisi kita dan menyesuaikan hidup kita dengan protokol rencana dan kehendak Allah. Tuhan Allah akan menuntun, memimpin serta menghantar kita pada damai, sukacita, kegembiraan, kebahagiaan serta keselamatan hidup kita. Allah Bapa mempunyai rencana yang terbaik dan teridah untuk kita.
Mohonkan agar kita menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Menjadi tempat yang nyaman bagi dunia. Menjadi pembawa damai dan sukacita bagi orang lain. Menjadi pembawa rahmat dan berkat bagi orang lain.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang selalu membawa damai, sukacita dan kebahagiaan bagi orang lain. Amin.