Renungan Rabu, 13 April 2023: Pilihlah Untuk Selalu Setia dan Taat kepada Kehendak Bapa (Matius 26: 14-25)

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot,   kepada imam-imam kepala.  Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak   kepadanya.  Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi   datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah  bagi-Mu?”  Jawab Yesus: “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku  hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.”  Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah. 

Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu.  Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku. ”  Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?”  

Ia menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,  akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.”  Yudas, yang hendak menyerahkan Dia  itu menjawab, katanya: “Bukan aku, ya Rabi? ” Kata Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya.” (Matius 26: 14-25).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

DALAM bacaan pertama hari ini, Yesaya memuji Hamba Tuhan  sebagai sosok yang rajin mendengarkan suara Tuhan.  Maka ia diperkenankan untuk mewartakan Sabda Tuhan. Dalam pewartaannya,  ia tidak pernah luput  dari  kesulitan,  padahal ia tetap setia dan taat kepada kehendakNya. Akan tetapi,  ia yakin  bahwa Allah Bapa selalu menolong  dan mendampingi dalam setiap kesulitan yang dialaminya.

“Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.  Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat  noda! (Yesaya 50:6-7).

Gambaran Yesaya di atas terbukti nyata dalam hidup Yesus. Yesus adalah sosok yang setia dan taat  kepada kehendak Bapa-Nya. Ia mewartakan Sabda Tuhan dan menolong setiap orang yang memerlukan bantuanNya.  Ia juga merupakan sosok yang tidak pernah luput dari macam-macam  kesulitan, bahkan sampai-sampai  dicemoohkan dan dikhianati oleh orang-orang  terdekatNya sendiri.

Namun Yesus bukanlah korban dari orang-orang yang berkhianat. Sengsara dan penderitaanNya terjadi karena Dia sendiri  yang memilih setia dan taat kepada BapaNya. Dia rela menderita sengsara bahkan sampai mati di kayu salib karena kesetiaan dan ketaatanNya kepada kehendak Bapa dan kecintaanNya  kepada manusia (kita).  Oleh karena itu,  Ia selalu yakin bahwa penderitaan yang Ia alami adalah jalan  menuju pemenuhan kehendak Allah dan penyelamatan manusia.

Kita juga sebagai hamba Allah seperti  Yesaya dan Yesus berjuang untuk  mengikuti jejak Yesus Kristus, Juruselamat kita. Dalam untung dan malang, suka dan duka,  kita tetap komit,  fokus, setia dan taat kepada kehendak Allah.

Selamat taat dan setia kepada kehendak Bapa yang pasti menyelamatkan. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) emberkati kita sekalian yang rajin dan taat serta setia kepada  kehendak Bapa di surga. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *