Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.
Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.” (Lukas 7: 31-35).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Todo, Keuskupan Ruteng.
BACAAN Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan soal kekebalan hati dan telinga kita terhadap undangan Tuhan untuk mendekat, merapat kepadaNya. Tuhan selalu mengundang, namun kadangkala bahkan sering kita menutup diri, menutup hati, telinga dan mata dengan berbagai macam alasan.
Salah satu alasannya adalah kita lebih memilih tetap berada pada kedosaan kita dan tidak mau berubah. Keadaan lama kita yang penuh dengan dosa dan kejahatan terasa “nikmat dan menyenangkan”, sehingga kita tidak lagi menyadari diri tengah hidup dalam lumpur dosa dan kejahatan.
Itulah yang diungkapkan oleh Injil hari ini. Walaupun Yohanes dan Yesus sudah mengundang dan menawarkan untuk mewartakan Kerajaan Allah, namun orang-orang yang mendengarnya tetap menutup mata, telinga dan hati untuk menjawabnya. Bersikap apatis atau mada bodoh.
Kita mungkin juga seringkali tertutup hati, mata, telinga untuk mendengar suara, rencana dan kehendak Allah yang sebenarnya berguna untuk keselamatan diri kita. Kita diajak untuk membuka hati, mata dan telinga serta pikiran terhadap undangan dan tawaran Tuhan Allah sendiri.
Semoga dengan bantuan doa Santo Andreas Kim Taegon yang kita peringati hari ini, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu membuka telinga dan hati kepada rencana dan kehendak Allah. Amin.