Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!”
Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Markus 2:13-17).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
MASING-masing kita punya panggilan hidup. Paus, uskup, imam, biarawan, biarawati, bapa ibu keluarga, suami, isteri, petani, peternak, pedagang, guru, dokter, perawat, apapun “pangkat, jabatan, pekerjaan kita” saat ini dan di sini. Itu adalah panggilan hidup kita dan harus disyukuri dan dinikmati.
Dan kita dipanggil untuk melayani atau mengabdi Tuhan, sesama dan diri sendiri, dan inti mengabdi/melayani: beri yang terbaik dan terindah untuk Tuhan, orang lain dan tentu juga untuk diri sendiri. Fokus pengabdian/pelayanan adalah “yang lain” (Tuhan dan sesama), bukan diri sendiri.
Panggilan itu adalah hak penuh dari Allah dan Dia memanggil kita untuk “mengikuti” Dia melalui bidang tugas kita masing-masing dengan melayani atau mengabdi. Panggilan kita itu merupakan kerjasama antara Tuhan dan sesama kita sendiri. Artinya Tuhan bertanggungjawab atas panggilan hidup kita.
Tuhan terlibat dan turut campur tangan dalam panggilan hidup kita. Dan kita pun harus bertanggungjawab atas panggilan hidup kita masing-masing dengan melayani/mengabdi. Mengembangkannya untuk mendatangkan keselamatan, sukacita dan kebahagiaan hidup kita, terutama orang lain.
Yesus memanggil Lewi dan pemungut cukai dalam Injil hari ini: “Ikutlah Aku! Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Yesus!” (Markus 2:14).
Allah memanggil semua orang berdosa (Lewi, pemungut cukai, kita) yang Ia kehendaki. Ia memanggil kita semua untuk mengikutiNya dan melanjutkan karya pelayanan/pebgabdianNya. Konsekwensinya, kita harus bertanggungjawab atas panggilan hidup yang telah diterima. Menikmati panggilan hidup kita “saat ini dan di sini” dengan penuh sukacita dan kegembiraan. Menikmati panggilan hidup dengan penuh rasa tanggung jawab kepada diri, sesama dan Tuhan.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita semua yang bertanggung jawab atas panggilan hidup kita masing-masing “saat ini di sini”. Amin.