Renungan Sabtu, 4 Februari 2023: Tetaplah Ada Waktu Untuk Beristirahat Dalam Hening

Kemudian rasul-rasul  itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!”

Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun  mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu  ke tempat yang sunyi.

Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan  kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.  Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. (Markus 6:30-34).

 Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

DI TENGAH kesibukan-Nya untuk melayani, berkarya, mengabdi  Yesus selalu berusaha untuk mencari waktu dan tempat yang sunyi dan hening.  Di tempat yang hening dan pada waktu hening itu, selain untuk beristirahat, Yesus memakainya juga untuk berdialog, berkomunikasi, “curhat” dengan Allah Bapa-Nya.

Yesus, sebagai manusia, sadar bahwa buah-buah belaskasih dan kebaikan dalam pelayananNya bisa lahir hanya dari dialog, komunikasi yang personal dan intens/mendalam dengan Allah BapaNya dalam dan di tempat keheningan.

“Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” (Markus 6:30-31).

Pesan Injil untuk kita. Di tengah kesibukan harian kita  tetap ada waktu untuk “beristirahat”, ada waktu dan tempat yang sunyi/hening. Sesibuk apapun kita aya, anda, tetap ada waktu dan tempat untuk Tuhan. Hari Minggu (Misa atau Ibadat) adalah waktunya, dan ini wajib untuk umat Kristiani, bukan vakuktatip! “Kuduskanlah hari Tuhan!” adalah perintah Tuhan sendiri!

Di Gereja, kapel, atau tempat ibadat darurat yang telah disepakati sebagai tempat ibadat bersama adalah tempatnya! Boleh juga (vakultatip) tiap hari waktunya, dalam Misa Harian.

Kita berdialog, berkomunikasi dengan Tuhan mengucap syukur  untuk segala rahmat dan berkat yang telah dinikmati selama sehari (misa/ibadat harian) atau selama seminggu (misa/ibadat hari Minggu) sekaligus memohon rahmat dan berkat baru  untuk sehari (misa harian) atau untuk seminggu ke depannya (Misa Hari Minggu).

Tanpa doa dan keheningan hidup ini hanya menjadi dan melahirkan “semangat belaskasih semu”, hanya ingin memuliakan diri sendiri, bukannya untuk memuliakan Tuhan. Doa dan karya/pelayanan belaskasihan berjalan seimbang. Doa dan kesibukan harian mesti seimbang, diberi tempat dan waktu yang tepat. Diberi porsi yang seimbang. Berilah waktu dan tempat untuk keheningan di tengah kesibukan duniawi ini, di tengah kesibukan harian dan terutama wajib di tengah kesibukan mingguan kita.

Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang tetap beri waktu dan tempat untuk keheningan di tengah kesibukan harian dan terutama kesibukan  mingguan kita.  Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *