Renungan Selasa 20 September 2022: Mau Jadi Keluarga Yesus? Jadilah Pendengar dan Pelaksana Sabda dan Kehendak Allah!

Pada suatu hari, datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus hendak bertemu dengan Dia. Tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepadaNya: “IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau!”

Tetapi Yesus menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku   ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.  (Lukas   8:19-21).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

MENGAPA pesan Sabda Tuhan yang dibacakan atau dijelaskan dalam Misa (Harian dan Hari Minggu) seringkali tidak sungguh-sungguh  diwujudkan dalam  kehidupan sehari-hari? Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah perilaku atau sikap kita  pada saat Sabda Tuhan dibacakan atau dijelaskan.

Apakah  kita fokus dan sungguh-sungguh mendengarkan Sabda Tuhan yang dibacakan oleh lektor/lektris dan imam? Apakah kita serius dan konsen mendengarkan kotbah untuk  mengambil “benang merahnya” untuk  kehidupan harian? Kalau kita  tidak konsen dan fokus, tentu Sabda Tuhan tidak sungguh meresap dalam hati dan kalau tidak  meresap dalam hati bagaimana mungkin Sabda itu “menggerakkan”  kita untuk bertindak?

Sabda Tuhan itu pada dasarnya menggerakkan kita, tetapi dituntut peran serta kita sebagai pendengar dan pelaksana Sabda Allah. Sebagai pendengar Sabda Allah, kita perlu fokus dan konsern, perlu memiliki kemauan, kehendak yang kuat serta memiliki sikap yang pantas agar Sabda Allah sungguh-sungguh bekerja  (berdaya guna) dalam diri dan hidup kita.

Ingat, setelah membacakan Injil imam/diakon mengecup Injil/Evangeliarium sambil berkata dalam hati: “Semoga karena pewartaan Injil ini dileburkan dosa-dosa kita” atau kalau ada uskup, dia berkata: “Semoga karena pewartaan Injil ini, dosa-dosa kami dihapuskan”.

Kita perlu menyediakan telinga dan hati supaya dapat menangkap pesan Sabda Tuhan dengan  baik. Kemampuan dan kehendak kuat untuk mendengarkan Sabda Tuhan itu, kemudian mewujudkannya dalam hidup sehari-hari  inilah yang dijadikan ukuran oleh Yesus untuk  menentukan apakah seseorang (kita) boleh disebut ibu Yesus dan saudara-saudari Yesus. “IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk. 8:21).

Bunda Maria adalah contoh pribadi yang sungguh-sungguh  mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” kata Maria kepada  malaekat pembawa berita tentang  kelahiran Yesus. (Lukas  1:18).

Kita berusaha untuk  seperti Maria menjadi pendengar dan pelaksana Sabda Allah. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita  sekalian yang tekun mendengarkan, menghayati dan melaksanakan Sabda dan kehendak Allah. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *