“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.
Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka!” (Lukas 12: 35-38).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
HIDUP ini adalah anugerah. Tuhanlah yang menganugerahkan hidup ini untuk kita, kendati kita tidak memintanya. Tuhan menganugerahkan hidup ini karena Dia mencintai kita. Ini perlu kita sadari.
Sebagai tanda syukur atas anugerah hidup itu, maka kita harus menjalani hari-hari hidup ini dengan bik dan benar serta bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas hidup berarti kita tidak mengabaikan anugerah Tuhan itu. Berarti juga kita selalu memilih dan melakukan yang baik dan benar serta selalu dekat dengan Tuhan yang menjadi sumber hidup kita.
Seringkali kita lupa bahwa tanpa Tuhan tidak mungkin kita ada dan berbuat apa-apa. Saat kita lupa atau tidak sadar akan hal itu, maka kita menjalani hidup ini berdasarkan keinginan kita saja. Dosa, kejahatan dan keinginan tidak teratur, ketidakadilan akan muncul ketika manusia melepaskan dirinya dari Tuhan Sang Penciptanya. Karena saat itu yang memimpin manusia adalah ambisinya sendiri, bukan Tuhan sendiri.
Pada saatnya nanti Tuhan akan datang dan mengambil hidup kita, dan kapan saatnya itu, kita tidak ketahui. Maka sikap yang tepat dan bijaksana dalam menantikan kedatangan Tuhan itu adalah berjaga-jaga dan berwaspada: Bertanggung jawab atas hidup kita. Menjalani hidup ini dengan sadar, baik, benar dan bertanggung jawab. Hidup penuh cinta kasih kepada Tuhan, sesama dan diri sendiri.
Singkatnya, kita jalani hari-hari hidup kita ini dengan selalui berjaga-jaga dengan berdoa dan bekerja. Berdoalah dan bekerjalah! Ora et labora! Menjaga dan melaksanan keseimbangan antara hidup doa dan kerja itu! Ada waktu untuk berdoa, ada waktu untuk bekerja.
Ada hari Minggu/Hari-hari Raya dan Hari yang disamakan dengan hari Minggu) untuk wajib berdoa (bukan sesuai selera kita, bukan fakultatip), ada unsur kebersamaannya di sana (bukan urus masing-masing) dan dilaksanakan bersama di tempat ibadat bersama, bukan di rumah masing-masing. Ada hari Senin-Sabtu untuk bekerja apa saja yang baik dan benar sesuai dengan kemampuan, bakat, tugas dan tanggungjawab hidup yang telah diberikan Tuhan kepada kita (bukan menganggur). Hanya mereka inilah yang berbahagia!
Dan kita? “Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang!” Bunda Maria selalu berjaga-jaga dengan selalu menjaga keseimbangan antara kehidupan doa dan kerja. Selamat berjaga-jaga!
Semoga berkat doa Bunda Maria dan Santo, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu berjaga-jaga dan berwaspada dalam menjalani dan mengisi hari-hari hidup ini. Amin.