Renungan Senin, 18 Desember 2023: Kuasa Kasih untuk Melayani Sesama! (Matius 21: 23-27)

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: “Dengan kuasa  manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” 

Jawab Yesus kepada mereka: “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.  Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?” 

Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?  Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.” 

Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Dan Yesuspun berkata kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Matius 21: 23-27).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

DALAM kehidupan sehari-hari, kita menjumpai orang-orang  yang memiliki dan memanfaatkan “kuasa”,  jabatan,  pangkat, status, pekerjaan,  dan lain-lain  untuk “urus” kepentingan pribadi atau kelompoknya dan cenderung bertindak memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan kebaikan umum.

Para pemuka agama Yahudi merasa tidak senang dan tidak tenang dengan kehadiran Yesus,  yang telah melakukan banyak perbuatan baik dan benar, banyak pencerahan bahkan banyak mukjizat sehingga mereka mempertanyakan “kuasa” yang dimiliki dan dipakaiNya.

“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu?” tanya mereka kepada Yesus (Matius 21:23).

Sesungguhnya kuasa atau otoritas yang dimiliki seseorang (kita) bukanlah untuk memaksakan kehendak orang yang “berkuasa,  berpangkat,  berjabatan tertentu”. Kuasa,  pangkat,  jabatan, pekerjaan kita  bukanlah untuk “urus” diri sendiri, kelompok atau memaksakan kehendaknya,  melainkan untuk memberdayakan, membuat orang lain bertumbuh atau berkembang dan memajukan kepentingan orang lain (orang banyak), memajukan kebaikan umum, membawa dan memberi pencerahan untuk orang lain.

Kuasa Yesus adalah kuasa pelayanan dan kuasa kasih. Ia mengundang orang-orang  (kita dengan pangkat atau status apa saja) untuk mengikutNya agar  bertumbuh dan berkembang dalam pelayanan dan kasih. Ia datang bukan untuk dilayani,  melainkan untuk melayani.  Dia datang bukan untuk dikasihi,  melainkan untuk mengasihi  (berbuat kasih).

Kita  diajak untuk menggunakan “kuasa, jabatan,  status,  pekerjaan apa saja untuk  melayani sesama dan berbuat kasih.  Pakailah “Kuasa Kasih dan Kuasa Pelayanan”!  Selamat menjalankan dengan sungguh-sungguh  kuasa kasih dan kuasa pelayanan itu di sini saat ini, terutama selama masa Adventus ini!

Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu menggunakan kuasa kasih dan kuasa pelayanan dalam hidup ini. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *