Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?” Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.” Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”
Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!”
Lalu kata Yesus kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah. (Lukas 18: 35-43).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
ORANG buta dalam Injil hari ini mempunyai iman dan harapan penuh kepada kekuatan dan kebaikan dan cinta Tuhan. “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” teriakan si buta kepada Yesus (Lukas 18: 38-39).
Sikap hidup si buta telah memberikan sebuah teladan dan pelajaran berharga untuk setia, percaya dan berharap kepada Tuhan dalam berjumpa dan memohon kepada Tuhan Yesus atas hidup kita. Itulah yang diperlihatkan oleh seorang pengemis yang buta dalam kisah Injil hari ini.
Iman akan Yesus yang bisa menyelamatkan atau menyembuhkannya telah menggerakkan hatiNya untuk mencaritahu keberadaan Yesus, lalu datang kepadaNya sambil berseru-seru mohon belas kasihan Allah. Ia akhirnya memperoleh keselamatan karena imannya itu. “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” kata Yesus kepadanya (Lukas 18:42).
Iman yang teguh dan harapan yang kuat memampukan kita untuk mengatasi segala persoalan hidup dalam bentuk apapun. Pengharapan menguatkan orang untuk memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan ini akan menjadi sempurna dalam Allah sendiri bila kita setia kepada Allah sampai akhir. Mengisi hidup dengan perbuatan baik dan melakukan pertobatan terus menerus adalah bentuk nyata dari sebuah hidup yang penuh iman dan berpengharapan.
Selamat beriman kuat, berpengharapan penuh, selamat terus menerus bertobat “saat ini dan di sini”! Semoga Allah Tritunggal Mahakudus menyelamatkan dan (+) memberkati kita sekalian yang hidup beriman kuat dan berpengharapan penuh serta bertobat terus menerus kepada Tuhan. Amin.