Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.
Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. (Markus 6: 30-34).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DI TENGAH kesibukanNya untuk melayanim berkarya, mengabdi, Tuhan Yesus selalu berusaha untuk mencari waktu dan tempat hening atau sunyi. Di tempat dan waktu hening itu, selain untuk beristirahat, Yesus memakainya juga untuk berdialog, berkomunikasi, “curhat” dengan Bapa-Nya.
Yesus, sebagai manusia, sadar bahwa buah-buah belaskasih dan kebaikan dalam pelayananNya bisa lahir hanya dari dialog, komunikasi yang personal dan intens atau mendalam dengan BapaNya dalam dan di tempat keheningan.
“Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yanag mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” (Markus 6:30-31).
Di tengah kesibukan harian dan mingguan kita, tetap ada waktu untuk “beristirahat”, ada waktu dan tempat yang sunyi/hening. Sesibuk apapun kita, tetap ada waktu dan tempat untuk Tuhan. Hari Minggu dan Hari-hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu seperti Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah 1 Januari, Kenaikan Yesus Kristus Ke Surga dan Hari-hari lain yang diwajibkan menurut ajaran Gereja Katolik seperti misalnya Hari Rabu Abu adalah waktunya, dan ini wajib untuk umat Kristiani Katolik, bukan vakuktatip! “Kuduskanlah hari Tuhan!” adalah perintah Tuhan sendiri!
Di Gereja, kapel, atau tempat ibadat darurat yang telah disepakati sebagai tempat ibadat bersama adalah tempatnya! Boleh juga (vakultatip) tiap hari waktunya, dalam Misa Harian.
Kita berdialog, berkomunikasi dengan Tuhan, mengucap Syukur untuk segala rahmat dan berkat yang telah dinikmati selama sehari atau selama seminggu sekaligus memohon Rahmat dan berkat baru untuk sepanjang hari (misa harian) atau untuk seminggu ke depannya (Misa Hari Minggu).
Tanpa doa dan keheningan hidup ini hanya menjadi dan melahirkan “semangat belaskasih semu”, hanya ingin memuliakan diri sendiri, bukannya untuk memuliakan Tuhan. Doa dan karya/pelayanan belaskasihan berjalan seimbang. Doa dan kesibukan harian mesti seimbang, diberi tempat dan waktu yang tepat. Diberi porsi yang seimbang. Oleh karena itu berilah waktu dan tempat untuk keheningan di tengah kesibukan duniawi ini, di tengah kesibukan harian dan terutama wajib di tengah kesibukan kita.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang tetap beri waktu dan tempat untuk keheningan di tengah kesibukan harian dan terutama kesibukan mingguan kita. Amin.