TANGERANG,KITAKATOLIK.COM—Ada banyak penunjuk bila kita hidup dalam arahan Roh Kudus atau tidak. Salah satu indikatornya adalah pilihan yang kita ambil. Ketika kita memilih yang baik dan benar, dan bukan sekedar yang gampang dan menyenangkan, di sana nyata tuntunan Roh Kudus.
“Ketika kita terus berusaha memilih yang baik dan yang benar, itulah tanda yang amat jelas bahwa kita sungguh membiarkan diri dipimpin oleh Roh Kudus,” kata Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo saat memberikan Sakramen Krisma kepada 192 penerima di Paroki Curug, Santa Helena, Minggu (20/8/2023) yang lalu.
Menurut Kardinal, penerimaan Sakramen Krisma merupakan suatu keputusan iman. Bukan sekedar karena waktunya sudah cukup, atau usianya sudah memadai. Tapi suatu keputusan iman, keputusan untuk memberikan tempat kepada Roh Kudus untuk mendampingi hidup kita.
“Pendampingan Roh Kudus memang tidak mudah dirasakan. Tetapi bisa dengan mudah dapat dilihat dari akibat-akibatnya. Kalau kita sungguh membiarkan Roh Kudus mendampingi hidup kita, maka setiap keputusan kita, yang kecil maupun yang besar, tidak kita ambil hanya atas dasar pikiran-pikiran atau pertimbangan-pertimbangan kita sendiri. Tetapi sekali lagi, memberikan tempat dan kesempatan kepada Roh Kudus untuk ikut menentukan pilihan kita,” jelasnya.
Kepada ribuan umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi tersebut, Kardinal meminta umat untuk mengawali setiap hari dengan memohon bimbingan Roh Kudus. Dan mengakhiri hari kita dengan berdoa, yang disebut doa renungan.
“Dalam doa renungan itu, kita meneliti apa yang kita kerjakan sejak awal hari sampai akhir hari. Melihat apakah keputusan-keputusan yang kecil dan besar pada hari itu, sungguh kita ambil atas dasar yang baik dan yang benar, bukan sekedar yang gampang dan menyenangkan,” terangnya.
Tiga tokoh, tiga pilihan
Bertolak dari kisah Injil hari Minggu itu tentang “Perempuan Kanaan yang Percaya” (Matius 15:21-28), Bapak Uskup membentangkan tiga tokoh dengan tiga pilihan yang berbeda.
Yang pertama adalah murid-murid yang memilih yang gampang. Terekspresi melalui pernyataan mereka kepada Tuhan Yesus: Suruhlah dia pergi, dia menggangu kita. Pilihan ini, kata Bapak Uskup, memang pilihan yang gampang, tapi tidak baik.
Tokoh yang kedua, adalah ibu dari Kanaan itu, yang sejak awal memilih yang baik dan yang benar. Ia pergi kepada Yesus dan pilihan itu dipertahankan terus kendati jalannya tidak mudah. Tetap akhirnya ia memetik buahnya.
“Dan tokoh yang ketiga adalah Tuhan Yesus yang mewakili semangat gereja pada waktu itu. Berkembang, mulai dari tidak ambil pusing, mulai dari tidak memperhatikan, mulai terbuka dan akhirnya sama sekali terbuka dan menerima ibu itu sebagai anak-anak Tuhan yang beriman dan krena pilihan itu, apa yang dimohon dikabulkan,” terang Bapak Uskup. (Paul MG).