DENPASAR,KITAKATOLIK.COM— Direktur Urusan Agama Katolik Bimas Katolik Republik Indonesia, Aloma Sarumaha, menegaskan bahwa moderasi beragama harus menjadi praktik hidup keseharian. Bukan sekedar wacana, tapi sebuah praktek hidup keseharian yang harus diterapkan secara nyata.
“Moderasi beragama harus menjadi nyata yang tampak dalam keadaan rill yang dirasakan oleh masyarakat, hal-hal yang nyata, yang mana orang merasa aman, nyaman, dan sejuk,” ujar Aloma dalam sambutannya membuka kegiatan sosialisasi moderasi beragama yang diikuti 100 pimpinan lembaga dan pengelola rumah ibadat/tempat peribadatan Katolik dari regio Bali dan Nusa Tenggara di Denpasar, Kamis (9/11).
Aloma menegaskan bahwa pimpinan lembaga dan pengelola rumah ibadat/tempat peribadatan Katolik memiliki peran penting dalam membumikan moderasi beragama. Tak hanya jadi teladan bagi masyarakat dalam mempraktikkan moderasi beragama, tapi juga jadi sarana menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama kepada masyarakat.
Secara konstan, mereka juga diharapkan mendorong umat Katolik untuk menjaga hubungan baik dengann sesamanya, serta terus membangkitkan semangat kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Umat Katolik sebagai salah satu elemen penting dari masyarakat Indonesia yang majemuk harus memberikan warna khas Katolik dalam aktivitas memperjuangkan toleransi,” kata Aloma sambil menegaskan urgensi menjaga toleransi dalam menghadapi tahun politik 2024.
Aloma berharap kegiatan ini memperkaya wawasan pimpinan lembaga dan pengelola rumah ibadat/tempat peribadatan Katolik tentang keberagaman dan membantu merespons dengan tepat permasalahan di masyarakat yang berpotensi menimbulkan konflik sosial.
Kegiatan ini berlangsung di Renaissance Bali Nusa Dua Resort selama tiga hari. Turut hadir dalam acara pembukaan Vikjen Keuskupan Denpasar RP. Yosef Wora, SVD dan para fasilitator dari Pokja Moderasi Beragama Kementerian Agama RI. (Admin).