Ini Beberapa Nama Lain untuk Hari Minggu

KITAKATOLIK.COM—Dalam lintasan sejarah, hari yang dikhususkan untuk merayakan Kebangkitan Tuhan dan penampakan-Nya memiliki beberapa nama. Dua di antaranya, yang dikenal hingga kini adalah “Sun-day atau Hari Matahari” dan Hari Minggu.

Kesemua nama yang diberikan memiliki titik tekannya masing-masing dan berasal dari komunitas-komunitas tertentu dalam sejarah perkembangan gereja.

Prima sabbati: penciptaan baru

Penamaan ini diberikan oleh jemaat kristen pertama yang berasal dari kalangan Yahudi. Mereka menyebut hari minggu sebagai hari pertama dalam pekan (prima sabbati).

Santo Yustinus mengartikan “hari pertama” sebagai hari penciptaan. Sementara Eusabius dari Aleksandria (abad 5) menghubungkannya dengan buah sulung ciptaan baru, yang dimulai sejak peristiwa kebangkitan Kristus.  Dalam hubungan dengan ini, perayaan hari minggu dan Ekaristi Suci merupakan penciptaan manusia baru yaitu Kristus dan peringatan akan perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah Kristus.

Hari Matahari: penghalau kegelapan dosa

 Dengan latar belakang astrologi Mesir Kuno, bapak-bapak gereja memberikan nama “hari matahari” untuk hari ini. Santo Yerome memakai istilah ini yang secara simbolis menunjuk pada Kristus Sang Surya atau matahari Keadilan.

Bapa gereja yang lain seperti Yustinus Martir dan Eusabius dari Caesarea mengemukakan adanya kesamaan simbolis antara peristiwa Tuhan pencipta mengubah kegelapan dan  peristiwa penyelamatan Yesus yang bangkit dari mati dan menjadi  sumber terang dan keadilan bagi jiwa kita.

Kristus yang bangkit disimbolkan sebagai terang yang menghalau kegelapan akibat dosa, sebagai cahaya dunia, sebagai matahari keadilan yang sinar-Nya menghadirkan keselamatan.

Hari kedelapan: kepenuhan karya

Para penginjil juga memberi nama “hari kedelapan bagi hari” ini (bdk. Yoh.20,28). Para penulis Kristen abad II memberikan pengertian simbolis pada angka delapan. Pseudo Barnabas member arti “hari kedelapan” sebagai pergantian Perjanjian Lama kepada Perjanjian Baru.

Digambarkan bahwa Tuhan beristirahat pada hari yang ketujuh (sabat Yahudi) lalu menyempurnakan ciptaan baru (gereja) pada hari kedelapan. Secara implisit ia menganggap gereja sebagai ciptaan baru yang dimeteraikan oleh darah Kristus yang telah bangkit.

Santo Ambrosius mengartikan angka delapan sebagai simbol moment penebusan dengan referensi pada hukum Musa yang mengharuskan setiap anak lelaki Israel untuk disunat pada hari kedelapan sesudah lahir. Pararel dengan itu, ia gambarkan bahwa peristiwa penebusan telah dijelmahkan pada peristiwa kebangkitan Kristus yang terjadi pada hari kedelapan.

Dari Gereja Timur, Santo Basilius dari sekolah Kapadoci menunjuk makna ekskatologis. Angka delapan dianggap sebagai  simbol kepenuhan karya keselamatan yang terealisir dalam Yesus Kristus. Karya  keselamatan ini mau diraayakan  pada hari ini yang merupakan antisipasi dari keselamatan eksktologis.

Dominggo: Hari Kristus Tuhan

Istilah Indonesia “minggu” merupakan peralihan dari kata Portugis “Dominggo”. Sementara kata “Dominggu” berasal dari kata Latin “Dies Dominica” yang berarti hari Tuhan. Istilah “hari Tuhan” mengacu pada teks Wahyu 1,10-11: “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku, suatu suara nyaring seperti bunyi sangkakala…”

 Pada bad 5 M, istilah  ini dipakai untuk menggantikan istilah “hari matahari”. Istilah “hari Tuhan” dianggap lebih pas mengungkapkan arti esensial dari hari minggu kristen, yang berkonsentrasi pada Kristsus Tuhan (Kyrios) dan bukan pada Tuhan pencipta.

Hari Kebangkitan:Paskah Tuhan

Istilah “hari kebangkitan” lebih khusus dipakai di gereja Byzantium. Latarbelakang pemakaian istilah ini adalah hubungannya yang erat antara hari minggu dan Paska Tuhan. Istilah ini lebih dapat dipertanggungjawabkan oleh kenyataan bahwa dalam liturgi Byzantium, lebih ditekankan kharakter paska dibandingkan dengan liturgi-liturgi lainnya. (Paul MG)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *