Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”
Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.
Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!
Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.” (Lukas 13: 22-30).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
“TUHAN, sedikit sajakah orang yang diselamatkan? Yesus menjawab: Berjuanaglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” demikian dialog Yesus dengan orang banyak dalam Injil hari ini (Lukas 13:23-24).
Mendengar pertanyaan di atas, seharusnya Yesus menjawab “sedikit atau banyak” yang diselamatkan. Yesus menjawabnya justru dengan sebuah perintah: Berjuanglah melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu, banyak orang akan berjuang masuk, tetapi tidak akan dapat masuk.
Yesus mau menegaskan bahwa soal “sedikit atau banyaknya” orang yang diselamatkan bukan urusanNya; soal masuk surga atau tidak bukanlah urusanNya. Itu adalah urusan Bapa di surga dengan manusia (kita).
TugasNya adalah menyiapkan dan memberi jalan serta “membuka jalan atau pintu ruang keselamatan itu. Mewartakan bahwa keselamatan telah dianugerahkan bagi semua orang (kita juga). Perkara bahwa orang itu mau menerima keselamatan itu atau tidak, itu soal lain. Yang jelas, Yesus adalah jalan, kebenaran dan kehidupan. Yesus adalah pintu masuk ke Ruang Keselamatan bagi manusia. Pintu atau jalan masuknya adalah iman, harap dan kasih.
Mereka yang percaya dan berharap bahwa melalui Yesus ada keselamatan berarti bahwa mereka harus mau hidup seperti Yesus: Jalam atau pintu Kasih dan Jalan melayani “yang lain”. Jalan mengasihi atau mencintai dan melayani Allah dan sesame serta semua alam ciptaan atau lingkungan hidup lainnya tanpa pamrih, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan kekuatan atau tenaga.
Dengan kata lain, Yesus menunjukkan jalan: Iman, harapan dan kasih serta melayani untuk bisa masuk melalui pintu yang sesak itu, mencapai keselamatan. Hukum Baru/Kasih: “Kasihilah dan layanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatanmu. Kasihilah dan layanilah sesamamu manusia (dan seluruh alam ciptaan dan lingkungan hidup lainnya) dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatanmu yang sama! Inilah jalan masuk Ruang Kerajaan Alah kita! Berjuanglah masuk.
Bunda Maria adalah tokoh teladan bagi kita dalam soal melayani Allah dan mencintai sesama dengan tulus. Dia adalah teladan dalam hidup penuh iman, harap dan kasih. Kita diajak untuk bertekun dalam iman, harap dan kasih sehingga kelak kita bertemu dengan Yesus. Dia tidak akan mengatakan: “Aku tidak mengenal kamu!”
Selamat bertekun dalam Iman, harap dan kasih. Selamat berjuang untuk menjadi orang yang diselamatkan. Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria d.an Santo Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang tekun hidup dalam iman, harap dan kasih. Amin.