Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.”
Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku. (Markus 3:31-35).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM Injil hari ini, Yesus memberikan dimensi baru, luas dan mendalam tentang saudara, persaudaraan. Bukan karena pertalian darah, melainkan “pertalian ketaatan melaksanakan kehendak Allah” di tengah tengah menjamurnya “kehendak sendiri”!
Ini prinsip dan ukuran persaudaraan, saudara sejati. Ketaatan pada mendengar, mendengarkan, memper -hati-kan, Meng-hayati- dan mengamalkan atau melaksanakan Kehendak Allah membuat seseorang (kita) menjadi saudara-saudari Yesus. “Kita semua basodara”. Teladan untuk itu adalah Yesus sendiri, yang patuh setia pada kehendak Allah sampai rela mengurbankan nyawaNya untuk kita.
Hidup Yesus diawali/dibuka, dilalui dan dilewati dan diakhiri/ditutup dengan ketaatan kepada melaksanakan kehendak BapaNya. Kita pun hendaknya begitu. Kehendak Bapa selalu mengarahkan kita pada hal-hal yang baik, benar, indah dan mulia.
Selamat bersaudara! Selamat melaksanakan Kehendak Allah. Selamat mengarahkan hidup kepada protokol Yesus Kristus/protokol KASIH: Arahkan hidup kepada hal-hal yang baik, benar, indah dan mulia.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang rajin melaksanakan kehendak Allah. Amin,