Di Tengah Pandemi COVID-19, Otoritas Cina Terus Menghilangkan Salib

CINA,KITAKATOLIK.COM—Di tengah kemajuan mengatasi pandemi COVIC-19, Pemerintah Cina terus melakukan penghilangan atau pemotongan salib dari bangunan gereja dan penghadangan terhadap praktek keagamaan.

Peristiwa terakhir terjadi atas gereja-gereja yang dikelola oleh Negara. Menurut sebuah laporan, para imam menampakkan kerjasamanya untuk menghilangkan salib eksterior (yang berada di luar gedung gereja, seperti dibumbungan depan gereja) dengan harapan agar seluruh bangunan gereja tidak dihancurkan atau dialihfungsikan untuk penggunaan  sekuler.

Menurut John, seorang umat di provinsi Anhui di Cina,  pada tanggal 18 April, pemerintah Cina memotong salib dari atas Gereja Ratu Rosari (Our Lady of Rosary). Gereja Katolik ini adalah milik CPCA (Chinese Patriotic Catholic Association – Perkumpulan Katolik Patriorik Cina).

Kepada UCA-News,  John menjelaskan bahwa  pada 13 April 2020 yang lalu, para pemimpin gereja Ratu Rosari – yang digelola oleh awam dan tidak memiliki klerus – mengajukan permohonan perbaikan gereja kepada otoritas kota. Tiga hari kemudian, pimpinan kota meminta kunci dan akses ke gereja untuk memotong salib-salibnya.

Umat ​​paroki yang peduli pada rencana itu, menghadap  Uskup Joseph Liux Xinhong dari Keuskupan Anhui. Uskup meminta mereka untuk meminta informasi lebih lanjut dari kantor CPCA setempat. Kantor CPCA setempat mengatakan mereka tidak tahu rencana untuk menghapus salib dari gedung.  Uskup Xinhong adalah salah satu uskup yang dicabut ekskomunikasi dan posisinya diakui oleh Vatikan setelah kesepakatan sementara 2018.

Pada tanggal  17 April, pemimpin komunitas paroki mengatakan bahwa ia telah diberikan “arahan dari atasan” untuk menghapus salib. Hari berikutnya, kata John, salib disingkirkan oleh “tim anak muda.”

Pada tanggal 19 April 2020, sebuah salib disingkirkan dari sebuah gereja di Kota Suzhou, yang masih berada di provinsi Anhui. Penyingkiran itu dilakukan pada pagi-pagi buta. Mungkin untuk menghindari kemungkinan kerumunan yang memprotes pemindahan itu.

Kepada UCA-News, seorang  umat bernama Paul menceritakan bahwa pada saat kejadian, polisi memblokir orang-orang yang ingin memasuki gereja atau mengambil foto atas peristiwa itu. Sebuah ponsel telah disita karena ketahuan mengabadikan peristiwa penurunan salib itu.

Di Kota Hefei, yang juga terletak di provinsi Anhui, pihak berwenang pada 27 April mengambil salib dari sebuah gereja Protestan.

Seorang imam dari Keuskupan Anhui, yang disapa “Pater Chen,” berkata kepada UCA-News bahwa kegiatan semacam ini “terjadi di seluruh daratan” dan tidak terbatas pada satu keuskupan atau provinsi saja.

 “Jika gereja-gereja tidak bersatu untuk melawan, banyak salib akan dihapus,” katanya.

Pada bulan September 2017, Tiongkok memberlakukan peraturan baru yang ketat tentang agama.  (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *