Diluncurkan, Ini Fokus dan Implementasi ARDAS Keuskupan Agung Jakarta 2022-2026

JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—Bertepatan  dengan Pesta Pembabtisan Tuhan, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo secara resmi membuka peziarahan iman umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta selama lima tahun ke depan dengan Pedoman Arah Dasar Pastoral (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta 2022-2026.

“Menyusuri lima tahun ke depan, kita  ingin mendalami pokok-pokok Ajara Sosial Gereja, mencari jalan-jalan kreatif untuk melaksanakannya, sebagai usaha kita untuk mewujudkan iman kita secara semakin kontekstual,” kata Kardinal Suharyo dalam pembukaan kotbahnya  pada Sabtu (8/1/2022) di Gereja Kathedral, Jakarta.

Bila ARDAS 2016-2020  berfokus pada tema “Amalkan Pancasila”, Ardas 2022 -2026 terfokus pada “Penghormatan terhadap Martabat Manusia”.

Martabat Manusia

Martabat manusia menjadi tema sentral perjalanan umat katolik Keuskupan Agung Jakarta selama lima tahun ke depan. Martabat manusia bukanlah pemberian manusia, tapi berasal dari Tuhan.

Mengacu pada peristiwa Pembabtisan Tuhan,  Kardinal Suharyo menjelaskan bahwa martabat manusia bersumber dari Allah sendiri. Saat dibabtis,  terdengar suara dari langit yang menyatakan: “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan”.

Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo

“Yesus adalah Sang Manusia yang  dikasihi Allah. Dan ketika kita dibabtis, kita pun dinyatakan sebagai Anak Allah yang terkasih. Itulah pula martabat kita. Kita adalah pribadi yang dikasihi Allah,” katanya.

Keyakinan iman bahwa kita dikasihi Allah bertolak dari Kitab Kejadian yang menyebutkan bahwa  manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahkota dari karya penciptaanNya. Dan Allah menciptakan manusia sebagai perempuan dan laki-laki. Keduanya  setara, semua sebagai gambarNya.

“Manusia adalah ciptaan yang mulia, meskipun dari lahirnya juga  lemah, diciptakan dari debu tanah. Manusia yang mulia sekaligus lemah itu diberi mandat, diberi kepercayaan oleh Allah untuk mengusahakan kebaikan dan memelihara alam ciptaan. Kepada manusia juga dianugerahkan pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk dan kebebasan untuk menentukan pilihannya dengan akibat-akibatnya. Itulah artinya menurut keyakinan iman kita bahwa manusia  mempunyai martabat yang luhur,” jelas Kardinal.

Lebih manusiawi dan ilahi

Dalam kesempatan tersebut, Kardinal juga menegaskan bahwa Tuhan  tidak hanya menciptakan manusia sebagai pribadi yang bermartabat luhur, tapi juga menghendaki agar manusia mempunyai martabat yang semakin luhur  karena mausia diciptakan menurut  citra Allah.

Kita, kata Kardinal,  dipanggil  untuk terus bertumbuh semakin menyerupai  Yesus Kristus yang adalah citra Allah yag sempurna.

“Inilah  proses yang disebut humanisasi,  menjadi semakin  manusiawi. Tapi humanisasi saja tidak cukup.  Kita tidak hanya dimanusiakan, melainkan juga dikuduskan atau divinisasi, menjadi semakin ilahi,” katanya.

Proses humanisasi dan divinisasi itu, kata Kardinal, terungkap setiap kali imam mengucapkan doa yang mengiringi upacara pencampuran air ke dalam anggur dalam setiap Perayaan Ekaristi di saat persembahan: ”Sebagaimana dilambangkan oleh pencampuran air dan anggur ini, semoga kami layak diikutertakan di dalam keallahan Kritus yang berkenan menjadi manusia seperti kami.”

Rajin berbuat baik

Lalu bagaimana menghayati sikap penghormatan terhadap martabat luhur  manusia ini dalam kehidupan setiap hari?

Yang pertama, kata Uskup Suharyo, kita harus rajin berbuat baik seperti tertulis dalam  surat Santo Paulus kepada Titus: “Yesus Kristus telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk menguduskan kita bagi diriNya, suatu umat miliknya sendiri yang rajin berbuat baik.”

“Nah, semakin kita rajin berbuat baik, semakin luhur pula martabat kita sebagai manusia,” tegasnya.

Yang kedua, makin bersetia kawan dengan titik inspirasi pada peristiwa pembabtisan Tuhan.  Dengan memberikan diriNya  dibabtis, Yesus  menyatakan solidaritasnya  dengan kita manusia.

“Artinya, semakin bersungguh-sungguh kita bersetia kawan, bersolidaritas dengan saudara-saudari kita, semakin luhur pula martabat kita sebagai manusia,” kata Uskup.

Ketiga, tunduk pada kehendak Allah yang  terinspirasi pada doa singkat Yesus saat pembabtisan: “Bukan kehendakKu, tetapi kehendakMulah, ya Bapa yang terjadi!” Jadi semakin kita memberi tempat kepada Kehendak Allah di dalam hidup kita, semakin luhur  pula martabat kita sebagai manusia.

Peluncuran  ARDAS  2022-2026 ditutup dengan pemberkatan banner ARDAS  dan Sinode KAJ.  Sebelum membuka selubung banner, Pastor Ardianto Pr menjelaskan bahwa arah gerak kita lima tahun ke depan adalah semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin giat bersaksi. (Admin)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *