BANDUNG,KITAKATOLIK.COM—Rupanya hoax atau berita bohong untuk membelokkan kebenaran, bukanlah hal baru. Bahkan Uskup Keuskupan Bandung Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, menyebut, hoax yang berarti pengacauan informasi dan pembalikkan fakta sebenarnya sudah terjadi sejak awal mula manusia.
“Hoax adalah akar dosa pertama, saat iblis dalam rupa ular memberdaya Hawa dengan mengacaukan informasi dan membalikkan fakta tentang perintah Tuhan kepada manusia pertama,” kata Mgr. Antonius dalam kotbahnya pada Senin (13/4/2020) di Gereja Santo Martinus, Kopo, Jawa Barat.
Awalnya, kata dia, Hawa masih berpegang pada perintah Tuhan, tapi setelah dibelokkan informasinya oleh iblis, ia pun memetik buah pohon terlarang tersebut.
Uskup Antonius menyebut Injil yang dibacakan (Matius 28:8-15) juga berisi tentang hoax pertama yang diciptakan setelah kebangkitan Yesus.
Para imam kepala, kata uskup, sudah kuatir bahwa apa yang dikatakan Yesus sewaktu hidup, bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga, akan menjadi kenyataan. Makanya mereka meminta kepada para serdadu untuk menjaga kubur Yesus sampai lewat tiga hari.
Ternyata para penjaga melaporkan fakta yang sesunguhnya terjadi, yaitu bahwa Yesus Bangkit. Mungkin mereka berkata dengan penuh semangat sebagai saksi mata yang melihat proses kebangkitan Yesus.
“Melihat gelagat yang mengancam posisinya, imam kepala menciptakan hoax, bahwa jenazah Yesus dicuri oleh para murid saat para penjaga tidur. Dan untuk mempertanggungjawabkan kepada wali negeri seandainya Pilatus bertanya, maka mereka akan melindungi para serdadu itu. Untuk memperkuat hoax terebut, maka para serdadu diberi uang. Dan hoax itu dipelihara sampai Injil ini ditulis, sekitar tahun 70 hingga 90 Masehi,” kata Mgr. Antonius.
Berbeda dengan hoax yang disebarkan oleh para serdadu atas suruhan imam kepala, para rasul terus memberitakan kesaksian dan menjadi saksi iman, tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Bahwa Yesus yang telah disalibkan oleh orang Yahudi telah bangkit. Dialah Mesias, Kristus, Tuhan dan juru selamat.
Ganti hate dengan love speech
Sekarang ini, kata Mgr. Antonius, ada banyak orang yang terjebak kabar bohong, hingga tega mengkhianati kebenaran dan rela menjadi corong kebohongan seperti para penjaga kubur tadi. Ada yang menyebarkan hoax tanpa tahu bahwa berita yang disiarkannya itu adalah hoax. Ada yang dengan sengaja menyebarkan hoax untuk tujuan tertentu, entah karena keyakinan keliru, atau untuk kepentingan pribadi.
“Semoga kita makin arif dalam menyikapi informasi dan bijak mengecek kebenarannya sehingga ucapan yang keluar dari mulut kita, pesan yang kita kirim melali hp kita, dan kata-kata yang kita goreskan di medsos, bukanlah hoax atau hate speech, tetap Injil, khabar gembira, atau love speech, khabar cinta,” katanya. (Admin)