KITAKATOLIK.COM—Maria menduduki posisi istimewa dalam kehidupan umat beriman. Ia menjadi sosok yang paling dekat dengan kita. Bahkan, menurut Konsili Vatikan II, yaitu dalam Lumen Gentium artikel 54 disebutkan bahwa Maria menduduki tempat paling luhur sesudah Kristus.
“Jadi orang kudus paling kudus itu adalah Maria. Dan bukan hanya itu, Maria pun adalah wanita yang paling dekat dengan kita,” kata Pastor Constantius Eko Wahyu, OSC dalam kotbahnya saat memimpin misa Pesta Santa Maria Diangkat ke Sorga, Minggu (14/8/2022) pukul 09.00 di Paroki Curug, Santa Helena, Tangerang.
Bahkan, mengutip Rosarium Virginis Mariae dari Paus Yohanes Paulus II, pastor Eko menegaskan bahwa tidak ada satu sosok pun di dunia ini yang dapat mengenalkan Kristus dengan sangat tepat sekali selain Bunda Maria.
“Maka kita itu harus bangga punya Bunda Maria, ibu kita,” katanya sambil menambahkan bahwa kita mengetahui predikat Maria sebagai ibu kita itu dari Yesus sendiri. Saat di bawah kaki salib, Yesus berkata kepada murid yang dikasihiNya, “Yohanes, inilah ibumu.” Dan kepada Maria, “Maria, inilah anakmu.”
“Jadi memang Yesus sendirilah yang menyerahkan Maria ke dalam tangan hidup orang beriman,” kata pastor Eko.
Bukan “kepada” tapi “bersama” Maria
Ditegaskan pula bahwa Maria menjadi besar dan dihormati oleh umat beriman, bukan karena ambisinya, tapi karena hubungannya dengan Yesus. Kalau tidak ada hubungan dengan Yesus, Maria hanyalah manusia biasa seperti kita.
Karena relasi istimewanya dengan Yesus itulah, maka kita selalu berdoa kepada Tuhan bersama Maria. Di dalam doa Rosario misalnya, fokus permenungan utama kita bukan pada Maria, tapi pada peristiwa Yesus.
Dalam peristiwa gembira misalnya, yang kita renungkan adalah peristiwa-peristiwa gembira tentang Yesus, bukan tentang Maria. Begitu pun dalam peristiwa mulia maupun sedih, semua permenungan kita adalah tentang Yesus. Jadi dalam Rosario itu, kita merenungkan peristiwa Yesus bersama Bunda kita Maria.
Dalam kotbahnya tersebut, pastor Eko juga menegaskan bahwa umat Katolik berdoa bersama Maria dan para orang kudus lainnya agar Tuhan berkenan kepada doa-doa kita, bukan karena Tuhan melihat kita yang penuh dosa ini, tapi karena melihat para kudus yang berdoa bersama kita.

“Jadi biarkanlah Bunda Maria, dan orang-orang kudus itu berdoa bersama permohonan saya. Sehingga yang melayakkan doa saya itu adalah permohonan Sang Bunda yang penuh dengan rahmat Tuhan dan dilahirkan tanpa dosa.”
Saat memberikan Kabar Gembira, malaikat Gabriel menyapa Maria sebagai yang terberkati dan penuh penyertaan Tuhan. Sebuah sapaan yang tak pernah ditujukan kepada Abraham, Musa ataupun nabi-nabi besar lainnya.
“Hanya Maria satu-satunya wanita yang disapa oleh malaikat sebagai yang terberkati, yang dipilih Tuhan,” tambah pastor Eko.
Tanggapi utuh
Yang dasyat dari Bunda Maria, sambung Pastor Eko, adalah karena Maria sungguh menanggapi rahmat Tuhan ini dengan utuh, total dalam iman dan kasih.
“Jadi tidak hanya Maria diberkati, diberi rahmat, tapi Maria pun menerima, menanggapi panggilan Tuhan dengan penuh iman dan kasih. Dan jangan lupa, menerima panggilan Tuhan selalu tidak mudah. Maka Bunda Maria dikenal dalam gereja sebagai Bunda tujuh kedukaan sebagai konsekuensi perkataan ‘Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku seturut kehendakmu.’”
Di akhir kotbahnya, pastor Eko mengajak umat beriman untuk tak mudah marah pada saat kehidupan itu bergitu berat, juga tak mudah melarikan diri dari tanggung jawab.
“Jangan mudah berontak, karena pengalaman dan kenyataan tidak seperti yang kita harapkan. Belajarlah percaya seperti Bunda Maria. Belajarlah setia, berdamailah dengan kepahitan-kepahitan hidupmu. Karena jangan pernah lupa, melalui sakit, melalui dukacita itulah kita dimuliakan oleh Tuhan,” tutupnya. (Admin)