Ketika Nasib Gereja Berada dalam Tangan Awam

KITAKATOLIK.COM–Di banyak Paroki, pastor masih menjadi pusat ketahanan, perkembangan dan dinamika hidup bergereja. Meskipun para awam telah “mengambil” banyak peran, dan fenomena “pastor-centris” kian melemah, tapi tak bisa dipungkiri bahwa pastorlah yang menjadi penentu utama dinamika kehidupan berparoki.

Tapi sebenarnya ada suatu massa dalam sejarah kehidupan gereja di Indonesia di mana awamlah yang menjadi penentu ketahanan kehidupan gereja. Itulah yang diungkapkan tuntas dan mendetail dalam buku “Surviving The ‘Dai Nippon’” yang diterbitkan penerbit Obor, Jakarta, tahun 2017.

Sesuai judulnya, buku sejarah gereja populer yang ditulis oleh RD. Simon Petrus L. Tjahjadi ini mengungkap perjuangan gereja Katolik di jaman penjajahan Jepang. Seperti ditulis dalam Prolog,  buku setebal 328 halaman ini memberikan pesan utama bahwa gereja Indonesia di jaman Jepang dapat bertahan dan berkembang, karena kegigihan dan ketahanan iman kau awam, bukan kelompok tarekat atau para biarawan-biarawati.

“Memang betul masa pendudukan Jepang telah memberikan suasana kelam baik terhadap bangsa Indonesia pada umumnya, maupun terhadap Gereja Katolik Indonesia pada khususnya. Meskipun begitu, kekelaman masa Jepang adalah latarbelakangnya. Pada latar depannya, berdirilah para saksi iman, mereka yang bertahan dari kesulitan besar. Kebanyakan dari mereka adalah awam yang liyat dan kuat, tanpa bantuan Barat. Tokohnya umat, bukan anggota tarekat. Mereka semuanya ini – baik pribumi maupun non pribumi sebagai warga gereja saat itu – sesungguhnya merupakan umat Allah yang ibarat bahtera telah berhasil melalui gelombang besar kesulitan-kesulitan di bawah terik panas matahari merah kekuasaan Jepang,” tulis RD Simon Petrus L Tjahjadi, doktor dalam bidang Ateisme Modern yang kini adalah dosen Filsafat dan Ketua STF Driyarkara, Jakarta.

Buku ini merupakan buku pertama tentang sejarah Gereja Katolik pada masa pendudukan Jepang Raya (Dai Nippon), yang ditulis secara lugas, komperehensif dan sistematik, berdasarkan literatur mutakhir, termasuk sumber asli berbahasa Belanda dan Jepang.

Umat Katolik Indonesia dianjurkan memiliki dan membaca buku tentang perjuangan gigih mempertahankan iman ini.  (Admin)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *