JAKARTA, KITAKATOLIK.COM.– Berdasarkan data hasil proyeksi penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS), populasi penduduk Indonesia saat ini jumlah perempuan usia sangat produktif mencapai 69,4 juta, lebih sedikit dibanding laki-laki yang mencapai 70,4 juta jiwa. Sedangkan untuk usia produktif (50-64), perempuan lebih banyak dengan 16,91 juta, sedangkan laki-laki hanya 16,9 juta jiwa.
Berdasar data tersebut, terlihatlah bahwa kaum perempuan merupakan kelompok yang berperan penting dalam keberhasilan pembangunan bangsa sehingga posisi perempuan harus senantiasa diberdayakan sesuai dengan latar belakang ilmu, profesi, dan pengalamannya.
Agar dapat berperan optimal, kaum perempuan harus berperan di pelbagai lini, terutama dalam memajukan kesehatan keluarga. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek SpM (K) saat menghadiri Seminar Nasional Dharma Wanita Persatuan (DWP) di Jakarta, Selasa (10/10/2017) mengingatkan kepada para perempuan terlebih para ibu untuk memperhatikan dan meningkatkan pengetahuannya tentang gizi.
“Ibu-ibu juga harus berpengetahuan tentang kesehatan. Negara kita begitu subur, tidak kekurangan pangan, namun bagaimana cara kita untuk bisa mengolah makanan dan mengerti tentang gizi bagi anak-anak kita agar tidak terjadinya kasus kekerdilan pada anak,” kata Menteri.
Dalam Seminar Nasional bertajuk “Perempuan Sehat Pelaku Ekonomi Andal” itu, Menteri meminta para ibu untuk mengedukasi anak-anak agar menyadari pentingnya menjaga kesehatan. Juga menjaga dan meningkatkan asupan gizi pada anak untuk mencegah kekurangan gizi dan kekerdilan. Apalagi angka kekerdilan pada anak di Indonesia mencapai 27,5 persen. Angka tersebut masih jauh dari yang ditetapkan WHO yang harus berada di bawah 20 persen.
“Ibu-ibu saya titip, perhatikan, anak-anak kita banyak yang merokok. Kita lihat di RPJMN harus turun jadi 5 persen, tapi malah naik ke 8 persen dari 7 persen. Ingatkan anak-anak kita untuk tidak merokok,” harap Nila.
Teladani para senior
Menurut salah seorang anggota pengurus DWP Pusat Susan Binsasi Sarumaha, kegiatan seminar nasional ini merupakan wahana edukasi dan informasi. Seminar ini juga melibatkan dan berkoordinasi dengan para perempuan, khususnya dengan istri Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), tidak hanya tingkat pusat tetapi hingga ke tingkat Kabupaten/Kota.
“Puji Tuhan, kegiatan ini dihadiri sekitar dua ribu orang. Dengan jumlah pengurus Dharma Wanita Persatuan bersama staff yang sangat terbatas namun berkat koordinasi yang baik dengan para ASN dari tingkat pusat hingga ke Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia sehingga bisa menghandle semuanya dengan menyiapkan materi dan para pembicara yang handal dan sangat inspiratif,” ujar Susan kepada kitakatolik.com di sela-sela acara.
Menurut istri Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia ini, para perempuan, terutama yang masih muda perlu belajar dari para seniornya di Dharma Wanita Pusat dalam berperan serta membangun bangs dan menjadi kunci sukses dalam kegiatan perekonomian yang mandiri.
“Mereka (ibu-ibu. red) kita lihat rata-rata berusia lima puluh tahun ke atas tetapi semangatnya sangat luar biasa. Hal itu diharapkan bisa dijadikan teladan yang baik bagi kaum muda, khususnya para perempuan,” ujarnya.
Ambil peran strategis
Ni Putu Eka Wiryastuti, Bupati asal Tabanan, Bali, yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa sebagai salah satu organisasi masyarakat perempuan terbesar, Dharma Wanita Persatuan sudah selayaknya mempunyai prinsip dan mengambil peran strategis dalam konstelasi pembangunan Nasional.
“Pengurus Dharma Wanita Persatuan harus terus mengembangkan organisasi modern dan profesional dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan zaman,” katanya. Dia menambahkan bahwa pengurus telah menetapkan program unggulan yang dilaksanakan secara integrasi dengan pemerintah, masyarakat dan swasta melalui pembentukan “Center of Excellence Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga”. (Darius Lekalawo)
One Comment on “Perempuan Harus Menjadi Pelaku Pembangunan”