COSTARICA-KITAKATOLIK.COM—Kelaparan dan krisis ekonomi yang dihadapi oleh umatnya, membuat pastor Geison Gerardo Ortiz Marin, Pastor Paroki Santa Rose dari Lima di Ciudad Queseda di Kosta Rika Utara, tergetar hatinya. Ia tidak mau membiarkan umat yang karena krisis telah memohon bantuan ke paroki, pulang dengan tangan hampa.
“Banyak orang mulai mengetuk pintu pastoran untuk meminta bantuan, sementara paroki dan kelompok amal setempat tidak mendapatkan penghasilan apa pun dari kolekte,” jelasnya.
Untuk menyiasati hal tersebut, imam yang ditahbiskan 10 tahun silam itu, membuat roti untuk dijual dan uangnya dipakai untuk membantu umatnya.
Setiap hari, Pastor Ortiz menggunakan sekitar 55 lbs. tepung untuk memanggang berbagai jenis roti dan barang lainnya. Satu tas berisi makanan yang dipanggang dijual seharga 1500 kolon, atau sekitar $ 2,65.
“Dengan 1.500 kolon di sini kita bisa membeli paket beras 5 pon,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia telah mampu membantu sekitar 60 keluarga sejauh ini.
Melalui penjualan kue, ia bisa memastikan bahwa siapapun yang yang mengetuk pintu pastoran kembali dengan paket beras, gula atau kacang-kacangan.
“Saya bekerja sepanjang hari memanggang roti, menjualnya, dan di malam hari saya merayakan Ekaristi. Saya selalu memberi tahu Tuhan, ‘Terima kasih atas roti sejati yang memberikan kehidupan kekal, yang merupakan kekayaan terbesar dan itulah yang saya inginkan agar umat kita miliki, terima, cicipi, dan rasakan’, ”katanya.
Ortiz mendorong para imam lain untuk menemukan cara-cara kreatif untuk membantu melayani mereka yang membutuhkan selama masa-masa sulit akibat pandemi ini.
Pernah jadi tukang roti
Ketika berusia 15 tahun, Pastor Geison Gerardo Ortiz Marín harus berhenti sekolah dan mencari pekerjaan untuk membantu menghidupi keluarganya.
Menghadapi ekonomi yang sulit, keluarga Ortiz berjuang secara finansial. Dia berhenti sekolah dan menemukan peluang kerja di toko roti keluarga tetangga, tempat dia bekerja selama lima tahun.
Kepada ACI Prensa, mitra berita berbahasa Spanyol CNA (Catholic News Agency), pastor Ortiz menjelaskan bahwa ia mempelajari keterampilan hidup yang penting dari pekerjaan itu, seperti “mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memenuhi jadwal, bangun pada waktu fajar dan bekerja lembur. Singkatnya, itu adalah pengalaman yang memperkaya. ”
Dia membawa ketrampilan-ketrampilan hidup itu bersamanya ketika dia memasuki seminari pada usia 21. (Admin)