BANGKA,KITAKATOLIK.COM—Dalam situasi pendemi sekarang ini di mana banyak sekali orang menderita, entah karena sakit atau kesulitan ekonomi, kita ditantang untuk mewartakan khabar gembira, bukan malah menghakimi.
“Jangan orangnya sudah sakit dan menderita, lalu dibilang kamu pasti punya banyak dosa sehingga mendapatkan hukuman dari Tuhan melalui sakit dan menderita. Itu bukan mewartakan khabar gembira namanya,” kata Uskup Adrianus Sunarko, OFM, Uskup Keuskupan Pangkalpinang dalam kotbahnya di Gereja Santo Yohanes Pembabtis Baturusa yang terletak di Jalan Depati Amir Km.14, Baturusa, Kabupaten Bangka, Minggu (7/2/2021).
Mewartakan Khabar Gembira, kata Mgr. Sunarko, merupakan panggilan setiap umat beriman. Dalam bacaan pertama (1 Korintus 9:16-19.22-23), Santo Paulus menegaskan bahwa tugas utamanya adalah mewartakan Injil yang artinya Khabar Gembira. Bahwa segala-galanya dia lakukan demi Injil.
Bacaan Injil pun (Markus I, 29-39) menceritakan bahwa setelah menyembuhkan banyak orang sakit, Ia berkata bahwa mereka harus pergi ke tempat lain, supaya Ia dapat memberitakan Injil.
Sementara dalam Bacaan Pertama (Ayub 7:1-4, 6-7), Ayub yang dulunya adalah orang yang sukses, berhasil, banyak hartanya, tapi tiba-tiba jatuh sakit. Kemudian dikunjungi teman-temannya yang mengatakan bahwa ia menderita sakit karena memiliki dosa besar.
“Sikap teman-teman Ayub jelas tak boleh ditiru. Sebagai teman, seharusnya mereka datang menghibur, bukan malah menuduh dan menghakimi. Masak orang sudah sakit, menderita, ditambah lagi dengan penderitaan baru yaitu tuduhan sebagai pendosa. Itu keliru dan bukan membawa khabar gembira namanya,” tegas Uskup Sunarko.
Menurut Uskup, mutu pribadi, keluarga atau komunitas kristiani adalah kepeduliannya terhadap penderitaan sesama.
“Mutu sebuah keluarga kristiani ditentukan dari bagaimana kita bersikap terhadap orang yang menderita. Kalau kita menjadi orang, pribadi yang mudah tergerak untuk menolong orang lain dan bukan menghakimi, itu berarti kita sedang menjadi pengikut Kristus,” kata uskup kelahiran Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
Ia berharap agar gereja kita menjadi gereja yang mudah tergerak oleh belakasihan, suka menolong orang yang menderita, tapi juga rajin berdoa seperti Yesus. (pamago)