KITAKATOLIK.COM—Kelahiran Sang Raja Damai merupakan suatu momentum untuk membarui hidup pribadi maupun hidup bersama.
“Sebagai umat beriman, yang dilahirkan kembali, kita harus membuka diri agar damai sejahtera Kristus benar-benar memerintah dalam hati kita,” tulis Pesan Natal bersama PGI dan KWI Tahun 2017.
Mengambil tema besar “Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah dalam Hatimu!” (Kolose 3:15), pesan natal ekumenis ini dibuka dengan pemaran tentang makna sejati natal.
“Natal adalah perayaan kelahiran Sang Juru Selamat dan Raja Damai. Perayaan ini mengajak kita untuk menyimak kembali pesan utamanya. Karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia, Allah telah mengutus Putra-Nya ke dunia (bdk. Yoh 3:16). Putra-Nya itu mengosongkan diri sehabis-habisnya dan menjadi manusia seperti kita (bdk. Flp 2:7). Ia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (bdk. Yoh 10:10). Ia, yang adalah Raja Damai dan Imanuel, Allah beserta kita, datang untuk membawa damai sejahtera kepada dunia, seperti yang diwartakan para malaikat kepada para gembala,“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi!”
Sadar tugas perutusan
Pada bagian lain, pesan yang ditandatangi oleh Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo, Pr dan Pdt. Dr. Hendriette T. Hutabarat Lebang, ini menegaskan bahwa perayaan natal seharusnya menjadi momentum indah bagi kita untuk menyadari kembali tugas perutusan serta komitmen kita, sebagai elemen bangsa dan negara tercinta ini.
Kondisi dan situasi bangsa Indonesia saat ini merupakan tantangan sekaligus panggilan bagi kita untuk merenungkan dan menarik secara lebih seksama makna dari seruan Santo Paulus, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kol 3:15).
“Kata-kata Paulus ini seharusnya mendorong kita untuk terus-menerus mengupayakan terwujudnya damai sejahtera, karena hanya dengan demikian kita memahami makna sejati Natal. Sebagai anak-anak Allah, sumber damai kita, kita harus mewujudkan komitmen Kristiani kita, yakni menjadi pembawa damai,” tulis pesan tersebut.
Untuk melaksanakan tugas perutusan tersebut, sebagai kawanan kecil, umat kristiani harus bergandengan tangan dengan umat lain untuk mengusahakannya. Dan di atas segalanya, umat kristiani harus membiarkan damai Kristus memerinta dalam hati.
“Damai Kristus, yang memerintah dalam hati kita, merupakan kekuatan yang mempersatukan dan merobohkan tembok pemisah, “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (Ef 2:14). Hanya dengan damai Kristus yang menguasai hati kita, kita akan dimampukan untuk membuka diri, merangkul dan menyambut sesama anak bangsa dan bersama mereka merajut kesatuan dan melangkah bersama menuju masa depan yang semakin cerah.” (Admin)