VATIKAN, KITAKATOLIK.COM.—Dalam kotbahnya pada Selasa (17/4) saat Perayaan Ekaristi di Kapel Wisma Santa Martha,Vatikan, Paus menegaskan bahwa umat beriman dipanggil untuk menjadi pewarta kebenaran dan pembawa harapan sekaligus.
“Seorang pewarta sejati bukanlah hanya mewartakan kesialan, hanya berbicara tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikoreksi, tetapi juga pembawa harapan yang penuh. Dia mengoreksi saat dibutuhkan dan membuka lebar pintu-pintu ke cakrawala harapan,” kata Paus seperti dilaporkan Elise Harris dari CNA (Catholic News Agency).
Ditegaskan pula bahwa seorang pewarta kebenaran itu berbeda dengan kritikus. Kritikus adalah orang yang tidak menyetujui apa pun atau siapa pun. Dan itu, jelas, bukanlah watak seorang nabi.
“Pewarta kebenaran adalah seseorang yang berdoa, yang memandang Tuhan, yang memperhatikan orang lain, yang penuh empati, yang merasa sakit ketika orang-orang tersesat, yang menangis melihat orang lain berlari dari dekapan kasih Tuhan,” kata Paus.
Bertolak dari Kitab Suci, Paus menegaskan bahwa Yesus juga melakukan hal serupa. Di satu sisi, ia mengoreksi melalui kata-kata-Nya yang keras. Ia menyebut mereka sebagai “generasi yang sesat dan tidak setia”. Tapi di lain pihak, Ia juga berempati, Ia menangisi orang-orang Yerusalem karena menjauh dan menolak tawaran keselamatan yang dijanjikan Tuhan.
Terinspirasi Kisah Santo Stefanus, martir pertama yang mati dirajam, Paus menegaskan bahwa mewartakan kebenaran itu tidaklah mudah. Kebenaran seringkali tidak mengenakkan dan sulit diterima. Karena itu para pewarta kebenaran selalu dianiaya saat berbicara tentang kebenaran. (Admin)