Perempuan Berselubung Matahari dengan Bulan di Bawah Kakinya

KITAKATOLIK.COM—Di antara  Gedung Pastoral Eugenius de Mazenod dan Aula Gereja  Paroki Trinitas, Cengkareng, terhampar tanah lapang luas tertutup conblock yang disisipi rumput-rumput kecil. Di ujung tanah lapang itu, berdiri gua Maria di bawah rindang sebuah pohon tua yang tumbuh berhimpitan dengan ruang meditasi.

Ada yang istimewa dari sosok patung Bunda Maria yang ditahtakan di gua Maria Paroki Trinitas, Cengkareng, Jakarta Barat tersebut. Di atas kepalanya terlingkar sebuah mahkota dari dua belas bintang. Ia berdiri di atas bulan. Kakinya menginjak kepala dan tanduk naga.

Sosok Maria di Gua Maria, Paroki Trinitas, Jakarta Barat.

Gambaran profil Bunda Maria ini nampaknya mengacu pada kisah dalam Kitab Wahyu 12:1-6 terutama dalam ayat 1b. “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari,  dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.”

Siapakah perempuan itu?

Dalam sejarah gereja, sebenarnya ada banyak diskusi tentang siapakah “perempuan” yang dimaksudkan itu? Sekurang-kurangnya ada dua pandangan berbeda yang diwakilkan masing-masingnya oleh Santo Agustinus dan Santo Hipollitus.

“Perempuan itu representasi dari perawan Maria yang telah melahirkan Yesus Kristus Tuhan kita dan menjadi suri teladan bagi gereja kudus,” tulis Santo Agustinus dalam De symbolo ad cathehumenos, Sermo IV,1, PL 40, 661) seperti dikutip pastor Surip Stanislaus, OFM Cap dalam bukunya “Perempuan itu Maria?” tepatnya di halaman 31.

Sementara Santo Hipollitus dalam De antichristo, KXI, GCS1.2,41) menulis, “Dengan perempuan berselubung matahari, Yohanes berpikir tanpa ragu-ragu tentang Gereja, sebagaimana Gereja yang berselubungkan Sabda Allah, saksi tentang Allah yang bersinar bagaikan matahari.”

Jadi menurut pastor Surip, sebenarnya ada dua macam penafsiran tentang “perempuan berselubung matahari” tersebut yang merujuk pada figur individu maupun kolektif.

Pakar Kitab Suci yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Lembaga Biblika Indonesia (LBI) ini,  menjelaskan bahwa figur perempuan sebagai individu tampak dalam kalimat “seorang perempuan” (Why 12:1), yang sedang mengandung dan dalam penderitaannya hendak melahirkan (Why 12:2), yang melahirkan seorang Anak laki-laki (Why 12:4b), dan yang harus berperang melawan naga (Why 12:13).

“Perempuan itu adalah perempuan yang akan melahirkan seorang anak di Betlehem (Mik 5:1-2), yang oleh Penginjil Matius dikenakan pada Maria dan Yesus (Mat 2:6),” tulis pastor Surip.

Lalu bagaimana dengan figur kolektif yang mengacu pada gereja?

“Figur perempuan sebagai kolektif tampak dalam kalimat yang berbicara tentang perempuan itu dan keturunannya (Why 12:17a), yang mengacu pada Sion mendatang, di mana Tuhan akan menjadikan matahari dan bulan sebagai terang atasnya yang tidak pernah akan padam seperti tertulis dalam Yesaya 60: 1,19-20,” jelas pastor Surip.

Buku “Perempuan itu Maria?” yang mengulas banyak hal tentang Maria.

Mau tahu dan mengerti lebih dalam tentang siapakah “Perempuan Berselubung Matahari dengan Bulan di Bawah Kakinyanya” itu, silahkan membaca buku tulisan pastor Surip Stanislaus berjudul “Perempuan Itu Maria?” yang diterbitkan oleh penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Selain tentang tema itu, buku ini juga menjawab banyak pertanyaan lain tentang Bunda Maria. Banyak pertanyaan tentang Maria telah dijawab dan jawabannya bisa ditemukan dalam buku ini. Pendekatan dan tafsir mutakhir terhadap teks Kitab Suci benar-benar bisa memuaskan rasa penasaran kita, misalnya tentang keperawanan Maria. (pamago)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *