Dalam percakapanNya dengan Nikodemus, Yesus berkata: “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes 3: 13-17).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
HARI ini gereja merayakan Pesta Salib Suci. Tentang Salib, Kitab Suci mencatat beberapa hal. Pertama, “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yg terpagut, jika ia melihatnya (ular tembaga), akan tetap hidup!” kata Firman Tuhan kepada Musa (Bilangan 21:8).
Kedua, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia (Kristus) telah merendahkan diriNya, dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib!” (Fil. 2:8). Ketiga, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya (“melihat/memandang”) kepadaNya beroleh hidup yang kekal!” (Yoh. 3:14-15).
Salib selalu menjadi simbol sengsara dan penderitaan. Namun bagi kita yang percaya kepadaNya, salib adalah sekaligus menjadi lambang kemenangan. Kemenangan kasih atas kebencian, kemenangan hidup atas kematian. Salib bukanlah kata akhir dalam perjalanan iman, perjalanan hidup rohani kita. Salib dilihat sebagai lambang harapan dan keberanian dan kemenangan.
Salib mungkin menjadi pengalaman tragis dan traumatis bagi seorang Putera Allah (kita), namun itu juga menjadi kisah kekuatan dan kesembuhan bagi kita. Salib adalah kisah iman bahwa kita bisa melampaui kejahatan dan kekejiaan dunia ini.
Salib adalah bahasa cinta, kisah cinta, kisah kasih dan pengorbanan yang membawa keselamatan. Tiada cinta, tiada kasih tanpa pengorbanan, dan salib adalah bahasa utama dari cinta kasih itu.
Pada Pesta Salib Suci hari ini kita diingatkan untuk meluangkan waktu semenit-dua atau sebentar saja setiap hari untuk menatap, melihat, memandang Salib Kristus. Di sanalah seluruh kisah cinta Allah dibahasakan bagi kita. Yesus memilih untuk menebus kita lewat kurban SalibNya, saat kita berdosa atau dalam keadaan dosa.
Begitu besar kasih pengampunan Tuhan yang tertuang dalam kisah salib. Pandanglah, lihatlah Salib Kristus! Renungkanlah! Timbalah rahmat, kekuatan dari Salib Kristus! Sebab dengan SalibMu yang Suci, Engkau telah menebus dan menyelamatkan dunia, menebus dan menyelamatkan kita.
Selamat Pesta Salib Suci. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang selalu memandang salib sebagai tanda, bahasa cinta kasih Tuhan bagi kita. Amin.