Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.
Lalu Yesus berkata kepadanya: “Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” (Matius 8: 1-4).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
ALLAH dalam diri Yesus Kristus sungguh Allah yang maharahim dan mahakuasa. Kemaharahiman dan kemahakuasaanNya bukan terletak pada kenyataan bahwa Ia mengerjakan segala sesuatu sendirian, seperti menyembuhkan orang kusta dalam Injil hari ini, melainkan terletak pada kenyataan bahwa Ia melibatkan manusia dalam karya penyelamatanNya.
Dalam Injil hari ini, diungkapan kenyataan ini. “Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepadaNya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: ‘Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan (menyembuhkan) aku’. Lalu Yesus mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir/sembuh’. Seketika itu juga tahirlah/sembuhlah orang itu dari pada kustanya!” (Matius 8:1-3).
Di sini Yesus selalu siap untuk membantu si “kusta” (kita penderita kusta jaman now). Si kusta (kita) datang menjumpai Yesus dengan segala beban hidup. Si kusta (kita) mengambil sikap di mana dalam “kekustaan”/kelemahan atau kekurangan serta keterbatasan dirinya, kebesaran Tuhan akan dapat menyata secara lengkap dan sempurna dalam dirinya (diri kita). Ia memasrahkan diri seutuhnya pada rencana dan kehendak serta kuasa Tuhan. Kenutuhannya diungkapkan sembari memohon dengan penuh percaya. “Jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku!”
Suatu sikap yang rendah hati dan mau bergantung kepada Allah dalam menjalani hidup ini. Sikap yang mau belajar dari Tuhan Yesus untuk selalu mau bekerjasam dengan Tuhan dalam menjalani aktivitas hidup di dunia ini. Mau melibatkan Tuhan; membiarkan Tuhan turut campur tangan dalam seluruh peristiwa hidup kita “saat ini-di sini” apapun keadaan. Tuhan pasti mau dan stand by untuk mengulurkan tanganNya yang kudus untuk membantu kita. Tuhan mau bekerjasama dengan kita.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang rendah hati dan mau bekerjasama dengan Tuhan dan bergantung kepada Tuhan di tengah kesibukan duniawi ini apapun keadaan. Amin.