Renungan Kamis, 11 Mei 2023: Cinta yang Sungguh-sungguh Niscaya Berisi Pengorbanan Diri! (Yohanes 15: 9-11)

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku,   demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku  itu.  Jikalau kamu menuruti perintah-Ku,   kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (Yohanes 15: 9-11).

 Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

YESUS Kristus adalah teladan dalam soal cintakasih.  Ia telah  melakukan “segalanya” untuk  GerejaNya,  umatNya,  kita.  Penyerahan diri sampai wafat di kayu salib (serah nyawa,  korban nyawa = mati)  adalah pemberian diri Yesus yang total,  penuh.

Ia menegaskan cintaNya yang total,  besar dan penuh itu dengan pernyataan dan “tindakan nyata/konkrit” yang tegas,  jelas dan menantang kita: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih yang memberikan  (menyerahkan)  nyawa untuk  sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13).

Dalam cinta yang asli dan sungguh-sungguh harus  ada unsur “korban”nya (pengorbanan): korban perasaan, pikiran,  keinginan,  waktu,  tenaga, duit, material dan lain-lain sampai “korban nyawa” untuk  beri yang terbaik dan terindah bagi “yang lain”, korban apa saja untuk menghidupkan, menyelamatkan, membahagiakan yang lain. Kalau  unsur ini tidak ada, tidak tampak, maka cinta  itu bisa dipertanyakan,  diragukan kesungguhannya!

Selain itu Yesus mengajarkan pada para muridNya (kita) bagaimana harus menghayati dan mengamalkan cinta, bagaimana mencintai dan mengungkapkannya secara nyata yaitu apapun yang diperintahkan dan diminta oleh Yesus harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan sukacita dan kegembiraan (bukan asal-asalan, terpaksa atau minta imbalan jasa, duit atau bersungut-sungut). “Inilah perintahKu kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain!” (Yohanes 15:17).

Selamat saling mengasihi. Selamat tinggal dalam kasih Tuhan. Selamat saling  “menyerahkan nyawa” untuk yang lain (untuk Tuhan  dan sesama)!  Selamat saling berkorban!  Di sana ada sukacita,  kebahagiaan dan kegembiraan hidup.  Di sana hidup bisa dinikmati dengan sempurna!

Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria dan Santo Yosef,   Allah Tritunggal  Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu tinggal dalam kasih Tuhan  dan berani berkorban  bagi “yang lain”. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *