“Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.
Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: “Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.” (Matius 21: 28-32).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DI TENGAH persoalan, kesulitan dan tantangan dan “pesona” dunia jaman sekarang dan di sini, tidak jarang orang (kita) berhadapan/dihadapkan dengan keputusan atau sikap yang dilematis. Mengikuti suara hati dan kebenaran dengan segala konsekwensi yang ditimbulkannya ataukah “mengkhianati” suara hati dan kebenaran itu sendiri (berlaku dosa).
Lalu bagaimana sikap Allah terhadap kita yang “mengkhianati ” Allah sendiri dan sesama kita yang berlaku dosa? Itulah yang digambarkan dalam bacaan-bacaan suci hari ini.
Rasul Paulus mengajarkan agar cara, sikap dan tindakan hidup kita berpolakan hidup Kristus sendiri yang “mengosongkan” Ke-AllahanNya hingga di kayu salib demi solidaritasNya dengan manusia yang berdosa.
“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati dan sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus…; Dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib!” (Filipi 2:1-8).
Nasihat Rasul Paulus ini menjadi identitas atau protokol kemuridan kristiani yang semestinya menjadi dasar hidup orang-orang beriman kristiani, terutama untuk berpikir, bersikap, bertindak seturut suara hati dan kebenaran.
Tuhan Yesus menegaskan hal yang sama dalam Injil hari ini dalam perumpamaan tentang dua orang anak. Hanya dalam Injil ini Yesus menggarisbawahi tentang bagaimana sikap Allah terhadap orang berdosa (kita) yang tidak mengikuti suara hati dan kebenaran (kehendak Allah). Yesus membenci “dosanya”, tetapi mencintai dan menyukai orang berdosa yang bertobat.
Yesus tidak membenci orang berdosa, tetapi menghendaki dan mengarahkannya untuk bertobat dan menyadari kedosaannya serta berbalik kepada Allah dan mengikuti suara hatinya dan kebenaran Allah. Yesus tidak menyukai imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi (mungkin kita) yang merasa diri tidak berdosa dan tidak mau bertobat dengan berkata: “…sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan Perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah!” (Matius 21:31).
Kita diajak untuk selalu mengikuti suara hati dan kebenaran Allah; bersikap rendah hati seperti Kristus Tuhan; menyadari diri sebagai orang berdosa yang pasti dicintai dan disukai oleh Yesus, asalkan mau mengakui dosa dan kesalahan dan selalu mau bertobat.
Bunda Maria adalah teladan yang rendah hati; menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri; berpikir, bertindak untuk kepentingan dan kebaikan umum.
Selamat berhari Minggu. Selamat memasuki Bulan Rosario dan Selamat berdoa. Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria dan Sabtu Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang dicintai dan disukai Tuhan karena selalu mau dan rajin bertobat. Amin.