Beberapa waktu sesudah kedatangan malaikat Gabriel, berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”
Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. (Lukas 1: 39-56)
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DOGMA tentang Maria Diangkat ke Surga yang pestanya dirayakan setiap tanggal 15 Agustus diumumkan secara resmi oleh Paus Pius XII pada 1 November 1950. Isi pengumumannya: “Bunda Allah yang tidak bercela, Maria yang senantiasa tetap perawan diangkat dalam kemuliaan ke Surga dengan jiwa dan raga setelah menyelesaikan kehidupan di bumi ini”.
Teks Kitab Suci yang berbicara langsung tentang itu tidak ada. Tetapi privilese itu diterima Maria karena 3 hal berikut. Pertama: Maria bebas dari dosa asal dan dosa-dosa lainnya. Kedua: Maria adalah wanita yang penuh rahmat. Ketiga: Maria adalah Bunda Yesus Kristus, Allah dan Tuhan kita.
Apa yang dapat kita petik dari perayaan ini? Menjadikan Maria sebagai teladan atau model bagi gereja atau umat Allah (kita yang beriman Katolik).
Apa yang perlu dan harus kita teladani dari Bunda Maria? Pertama, dia rendah hati dan taat atau terbuka terhadap rencana dan kehendak Allah. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendakMu”. Maria yakin rencana dan kehendak Tuhan atas diri dan hidupnya (yang penuh problematika) selalu yang terbaik dan terindah, baik dalam suka maupun dalam duka. Karena kerendahan hati dan ketaatannya terhadap rencana dan kehendak Allah maka Allah menjadikan Maria “Yang Berbahagia” dan melakukan “Perbuatan-perbuatan besar” atas dirinya (Luk.1:48-49).
Kedua, dia setia beriman dalam kehidupan sehari-hari. Dia percaya, meski pun tidak mudah. Tantangan, kesulitan dan terpaan masalah dan penderitaan dialaminya silih berganti, sejak menerima kabar dari Malaekat Gabriel sampai Yesus wafat di kayu salib. Namun Maria tetap percaya kepada Allah, bahwa yang terbaik dan terindah tetap akan diberikan kepadanya.
Ketiga, Maria tahu bersyukur kepada Tuhan atas segala sesuatu yang dialaminya, baik dalam suka maupun dalam duka. Maria tetap memuji dan memuliakan Allah. Hatinya selalu bergembira dan berbahagia apapun keadaan. Dia tetap dekat dengan Tuhan. “Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku, sebab Ia memperhatikan kerendahan hambaNya” (Luk. 1:46-55).
Seperti Maria, kita hidup penuh tantangan, penderitaan, dan persoalan hidup. Teladanilah Maria dalam hidup ini. Rendah hati, taat/terbuka terhadap rencana dan kehendak Allah dalam hidup ini (dengan segala problematikanya) “saat ini – di sini”. Tetap setia beriman dalam kehidupan sehari-hari “di sini – saat ini”. Tahu dan tetap bersyukur kepada Tuhan atas segala-galanya yang telah dialami dan dinikmati baik dalam suka maupun duka “saat ini di sini”.
Bergembiralah selalu dalam hidup ini. Berbahagialah selalu! Jangan lupa bergembira dan berbahagia setiap saat dan di mana saja bersama Tuhan dan orang lain, apapun keadaan yang dialami saat ini – di sini. Semoga dengan pertolongan doa Bunda Maria, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang telah meneladani hidup dan semangat Bunda Maria. Amin.