Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit. ” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.
Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya. ” Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.” (Markus 9: 30-37).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
ADA dua sikap yang diajarkan Tuhan Yesus agar kita menjadi besar di hadapan Tuhan dan sesama: rendah hati dan melayani.
Yesus menampilkan sosok anak kecil untuk mengajarkan para muridNya (kita) tentang pentingnya “sikap, semangat rendah hati kalau ingin menjadi “orang besar” (boss, pemimpin yang sejati). Sikap polos, jujur, rendah hati gampang dilihat pada diri seorang anak kecil.
Kerendahan hati adalah suatu kesadaran, sikap, semangat bahwa tanpa Tuhan Allah, hidup kita samasekali tidak berarti, tidak bermakna. Orang yang rendah hati adalah orang yang percaya penuh, total kepada Allah; Ia bergantung sepenuhnya kepada kuat kuasa, rencana dan kehendak Allah serta campurtanganNya.
Dalam hidup dan karyanya “saat ini-di sini” ia selalu bergantung penuh pada kuat kuasa, rencana dan kehendak Allah. Ia selalu bergandeng tangan dengan Tuhan. Ia memegang erat tangan Tuhan. Ia selalu mengandalkan Tuhan. Tuhan disadari dan diyakini selalu memberi yang “terbaik dan terindah” kepada kita “setiap saat dan pada setiap tempat”.
Seorang anak kecil percaya penuh kepada orangtuanya dan tergantung total kepada orangtuanya. Kepercayaan dan ketergantungan total kepada orangtuanya itu membuat anak kecil tidak pernah merasa cemas atau khawatir. Ia pasti merasa aman selagi orangtuanya selalu ada, dekat, dan bersatu dengannya.
Sikap melayani, pelayanan, menjadi pelayan berarti memberi yang terbaik dan terindah untuk Tuhan dan orang lain. Mengutamakan atau menomorsatukan Tuhan dan orang lain. Menomorsatukan kebaikan umum/bersama. “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu (terbesar) hendaklah dia menjadi pelayan dari semuanya” (Mrk.9:35).
Kita diajak untuk bersikap, bersemangat seperti anak kecil, rendah hati di hadapan Allah dan sesama dan menjadi pelayan Tuhan dan sesama kalau mau menjadi “orang besar” (pemimpin yang sejati) “saat ini-di sini”. Siapkah Anda?
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus memberkati kita yang mau menjadi “orang besar” dengan menjadi seperti anak kecil, rendah hati dan bergantung penuh kepada rencana dan kehendak Allah serta selalu siap melayani dengan baik. Amin.