Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.”
Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Lukas 9: 51-62)
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM Injil Lukas 9: 51-55, Yesus menegaskan bahwa keselamatan Allah itu bersifat universal, berlaku untuk umum, untuk siapa saja, orang baik dan tidak baik/jahat. Belaskasih dan keselamatan Allah itu tertuju bagi semua orang. Ia tidak membeda-bedakan waktu, tempat maupun penerima keselamatan itu. BelaskasihNya mematahkan belenggu perbedaan dan kesombongan manusiawi.
Namun seringkali, sama seperti orang Samaria, manusia menolak keselamatan dan belaskasih Allah. Dan seperti Yakobus dan Yohanes dalam Injil hari ini, ingin mengutuk dan membalas dendam dan membinasakan orang Samaria. “Tuhan, apakah Engkau mau supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka? Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.” (Lukas 9:54-55).
Kita diajak untuk terbuka menerima keselamatan dan belaskasih Allah yang “selalu mendatangi kita” saat ini di sini. Bila keselamatan dan belaskasih Allah selalu terbuka dan diberikan kepada “siapa saja”, maka kita diajak untuk “rajin-rajinlah mencari dan berusaha menemukan keselamatan dan belaskasih Allah itu di tengah kesibukan harian kita “di sini saat ini”.
Bagaimana caranya? Yang standar adalah dengan rajin berbuat baik (mendoakan, memaafkan yang berbuat jahat kepada kita sekaligus rajin mengikuti Misa Harian (vakultatip) dan wajib Misa/Ibadat Hari Minggu dan Hari-hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu, di tempat ibadat resmi, sesuai perintah Tuhan sendiri: Kuduskanlah Hari Tuhan!
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang selalu rajin berusaha mencari dan menemukan keselamatan dan belaskasih Allah dalam hidup ini. Amin.