Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: “Akulah roti yang telah turun dari sorga.”
Kata mereka: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga? Jawab Yesus kepada mereka: “Jangan kamu bersungut-sungut.
Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. ” (Yohanes 6: 41-51)
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng
KITA pasti pernah bahkan mungkin sering mengalami “kesepian, kegalauan” dalam hidup ini. Coba ingat-ingat, terutama pada masa covid 19 ini! Namun kalau percaya sungguh pada Tuhan, kesepian dan kegalauan hidup “diubahkan” bahkan dibubarkan-Nya.
Dalam kesepian dan kegalauan hidup, Tuhan turut campur tangan, turut bekerja bersama dengan kita. Tuhan akan mengubahnya menjadi hidup yang penuh sukacita, kegembiraan dan penuh harapan. Dalam hidup yg “sepi dan galau”, kitapun dapat membawa kasih, berkat bagi orang lain yang lebih “sepi dan galau” dari kita. Kita bisa membantu orang lain; kita bisa menjadi sumber berkat, perpanjangan tangan Tuhan untuk orang lain.
Mungkin kita merasa hidup ini “tidak berguna”, tidak ada harapan, bahkan menjadi putus asa. Yakin dan percayalah, Tuhan yang kita imani tetap memperhatikan, menopang kita. Yesus datang kepada kita dengan memberikan diriNya sebagai Roti Hidup. Yesus datang memberi hidup kepada dunia (kita). Bukan janji atau kata-kata kosong tanpa makna. Bukan hoax. “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jika seseorang (kita) makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya dan roti yang Kuberikan itu ialah DagingKu, yang akan Kuberikan utk hidup dunia.” (Yoh. 6:51).
“Berbahagialah saudara/i yang diundang ke Perjamuan Anak Domba…. Tuhan, saya tidak pantas, Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.” Ini adalah kata-kata yang harus kita ucapkan dengan sadar, tegas dan penuh iman saat menjelang terima Tubuh dan Darah Kristus. Harus diimani, Tubuh dan DarahNya “menyembuhkan” kita yang galau dalam hidup ini.
Selamat menyantap Roti hidup dari Surga, entah santap nyata ataupun santap batin/dalam kerinduan! Selamat menyantap Tubuh dan Darah Kristus! Dijamin, mendatangkan hidup yang penuh sukacita, kegembiraan, harapan bagi diri kita sendiri pun bagi orang lain.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang sering makan Tubuh dan Darah Kristus, terutama wajib pada Hari Minggu dan Hari-hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu. Amin.