Renungan Rabu, 27 Juli 2022: Apa Sesungguhnya yang Kita Cari?

“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama    harta  yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama  seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.  Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” (Matius 13:44-46)

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

APA sesungguhnya yang kita cari saat ini-di sini? Pertanyaan ini penting diajukan kepada diri kita sendiri dan harus dijawab sendiri dengan benar untuk  mengingatkan dan menyadarkan kita akan orientasi kehidupan kita setiap saat sejak lahir sampai dengan detik ini  dan sampai detik-detik  hidup selanjutnya. Untuk apa kita hidup? Untuk apa kita sibuk, sibuk, dan terus sibuk? Mau cari apa sesungguhnya?

Sebagai umat beriman Katolik, kita tidak boleh terjerat dan terjebak dalam suatu “kehidupan tanpa arah, tujuan, orientasi”. Hidup sekenanya saja, sekedar hidup saja. Tidak disadari dan tidak dinikmati.

Hidup kita yang nota bene sangat-sangat singkat ini adalah suatu perjalanan, perziarahan dengan  tujuan untuk  memperoleh, merasakan, mengalami, menikmati surga, suatu situasi dan kondisi hati, batin dan kondisi hidup yang bahagia, penuh sukacita, kegembiraan, kedamaian, dan lain-lain. Keadaan hati, batin yang melukiskan kebahagiaan hidup. Bahasa agamanya menemukan dan merasakan kehidupan dan keselamatan kekal.

Kehidupan dan keselamatan kekal adalah kehidupan yang selalu dekat, bersama dan bersatu dengan Tuhan. Itulah yang kita  cari dan inginkan! Itulah yang ingin kita nikmati. Bukan untuk  menikmati hidup “neraka”! Catat ini bagi kita yang  “menghayati hidup neraka” selama ini.

“Hidup Surga” (hidup bahagia) itu bukan tunggu nanti di akhirat. Saat ini di sini (now and  here); umur berapa saja dan apapun status dan pekerjaan kita, “hidup surga”  harus dirasakan dan dinikmati.

Hidup bahagia menjadi harga mati yang harus dibayar dengan mahal. Meski mahal, namun mudah membayarnya yaitu dengan  mengandalkan dan melibatkan Tuhan sebagai  raja dalam hidup kita dan melayani orang lain dengan  tulus dan rendah hati. Inilah harta surgawi.

Inilah harta terpendam. Inilah mutiara indah yang disampaikan Yesus dalam Injil hari ini. “Hal Kerajaan Surga seumpama harta yang terpendam di ladang…; seumpama seorang pedagang mencari mutiara yang indah…(Mat.13:44-45). Inilah yang dikejar dan dicari serta ditemukan dan dinikmati.

Selamat mencari, menemukan dan menikmati surga setiap saat. Selamat menikmati hidup bahagia setiap saat! Jangan lupa surga kita! Jangan lupa bahagia “saat ini dan di sini”. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang tekun mencari dan menemukan serta menikmati surga. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *