Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia.
Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah. “
Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.
Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea. (Lukas 4: 38-44).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM Injil hari ini Yesus pergi ke rumah Simon Petrus, mengunjungi dan menolong serta menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus yang demam keras. “Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan (yang sudah sembuh) itu bangun dan melayani mereka! (Lukas 5:39).
Tiga hal yang dapat kita petik dan renungkan dari bacaan Injil hari ini sebagai tanda kedewasaan iman, harap dan kasih:
Pertama: Pengalaman dikunjungi, disentuh, dijamah dan disembuhkan dan diselamatkan dari sakit dan penyakit serta roh jahat/kegelapan hidup. Setiap saat/detik Tuhan yang kita imani “mengunjungi” kita yang sakit keras baik atau tidak baik waktu dan tempatnya menurut penilaian kita sebagai manusia.
Tetapi bagi Tuhan semua waktu/saat dan tempat itu baik dan indah, malah terbaik dan terindah. Tanpa diminta Tuhan selalu datang kunjung kita, apalagi kalau “diminta, diundang khusus” (dalam doa, misa) pasti datang dan “berbuat sesuatu” yang terbaik dan terindah untuk kita seperti yang dialami ibu mertua Petrus. Yang terbaik dan terindah itu adalah kesehatan, sukacita, kegembiraan, kebahagiaan, “kesembuhan”, keselamatan.
Kedua: Bersyukur kepada Tuhan atas “segala hal/sesuatu” dalam hidup kita (berhasil atau tidak berhasil menurut penilaian/kaca manusia). Tapi bagi Tuhan “semua berhasil, sukses”. Ibu mertua Petrus bersyukur atas rahmat dan berkat kesembuhan yang diperoleh dan dialaminya atas “kunjungan Tuhan” dalam hidupnya.
Ketiga: Kita yang sudah mendapat kunjungan Tuhan Yesus setiap saat dan mendapat rahmat “kesembuhan” atau keselamatan mempunyai kewajiban untuk melayani. Pelayanan bagi Tuhan dan orang lain adalah panggilan dasar kita sebagai orang beriman (apa saja tugas, status atau pekerjaan kita “saat ini – di sini”).
Pelayanan itu diberikan atas dasar iman, harap dan kasih serta rasa syukur itu. Kalau itu yang menjadi dasarnya, maka mesti disadari, dihayati dan diamalkan bahwa “setiap saat dan di mana saja” kita siap melayani, dan melayani dan siap beri yg terbaik dan terindah untuk Tuhan dan orang lain.
Selamat bersyukur dan melayani Tuhan dan orang lain. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang tahu bersyukur karena selalu mendapat kunjungan dan “disembuhkan” oleh Tuhan dan selalu melayani Tuhan dan orang lain. Amin.