Renungan Sabtu, 1 Oktober 2022: Kita Perlu Belajar dari Anak Kecil yang Polos, Jujur dan Pasrah Penuh Kepada Bapa!

Sekali peristiwa, datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”

Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka  lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat  dan menjadi seperti anak kecil ini,  kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.   Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. (Matius 18:1-4 ).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

STATUS, pangkat,  jabatan,  kedudukan,  posisi menjadi bahan kasak kusuk, “incaran” di antara mereka, walaupun Yesus sudah berulang kali mengajarkan bahkan mempraktekkan kasih dan pelayanan (mengasihi dan melayani) kalau mau menjadi yang terbesar,  terdepan. Namun itu semua tidak masuk dalam pikiran dan hati mereka.

Yesus mengakhiri atau memecahkan “kerakusan/egoisme” mereka akan kuasa,  pangkat,  jabatan,  harta,  dan lain-lain  semacam itu dengan menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah  mereka yang  rakus itu.  Yesus menempatkan  anak kecil yang tidak berdaya,  tidak punya kuasa,  posisi,  jabatan,  dan yang tidak punya ambisi  ke tengah mereka.

Dalam Injil  hari ini dan pada pesta Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus dan dari Tokoh Teladan Iman Santa Maria, semua  “protokol” kerakusan duniawi tadi (“egoisme duniawi”) dikalahkan,  oleh “protokol anak kecil,  kasih dan pelayanan”. Seorang anak kecil mudah percaya kepada orangtuanya; mudah memaafkan;  tidak menyimpan rasa dendam berkepanjangan; sangat bergantung kp orangtuanya;  selalu mau dekat dan bersatu dengan orang tuanya.

Yesus mengajak kita untuk memakai atau mempraktekkan protokol anak kecil, protokol  kasih dan pelayanan yang tulus,  jujur,  dan rendah hati. Kasih dan pelayanan yang sepenuh hati mesti dihayati dan dipraktekkan. Kita perlu belajar dari anak kecil,  yang polos,  jujur, dan pasrah penuh cinta kepada Bapa sebagai dasar untuk mengasihi.

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus,  yang dirayakan pestanya hari ini,  memberi teladan kepolosan iman yang luar biasa: Ia bahkan rela menjadi mainan  (“bola”) bagi kanak-kanak Yesus.

Kerinduan itu terlihat dalam doanya: “Yesus,  tentu Engkau  senang mempunyai mainan.  Biarlah saya menjadi mainanMu. Anggap saja saya ini mainanMu.  Bila aku  Kauangkat,  betapa senang hatiku. Bila hendak Kausepak ke sana ke mari, silahkan! Dan kalau hendak Kautinggalkan  aku  di pojok kamar karena bosan,  boleh-boleh  saja.  Saya akan menunggu dengan sabar dan setia.  Dan bila Kautusuk bolaMu…, ohhh Yesus, tentu itu sakit sekali,  namun terjadilah kehendakMu.”

Santa Theresia juga menulis dalam autobiografinya: “Kesucian hidup dapat dicapai oleh siapa saja (kita),  betapapun rendah,  hina dan biasa-biasa  saja orang itu.  Caranya ialah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari  dengan cinta yang besar dan murni kepada Tuhan dan sesama.”

Itulah protokol Kasih dan pelayanan.  Itulah juga yang dipraktekkan oleh Bunda Maria.  “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut  kehendakMu”. Selamat menghayati dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selamat Memasuki Doa Rosario Bulan Oktober 2022.

Semoga dengan bantuan doa Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus dan doa Santa  Maria dan Santo  Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati  kita   yang  mempraktekkan protokol anak kecil, kasih, pelayanan dan rendah hati dalam kehidupan sehari-hari. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *