Renungan Sabtu, 11 Pebruari 2023: Tuhan Menggandakan “Roti” Kita yang Sedikit!

Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan  kepada orang banyak ini.  Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan.Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.”

Murid-murid-Nya menjawab: “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” Jawab mereka: “Tujuh.” Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak.

Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa,  sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta. (Markus 8:1-10).

Oleh: Romo  John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

“HATIKU tergerak oleh belaskasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. ..Berapa roti ada padamu? Tanya Yesus” (Markus  8:2).

Hati Yesus tergerak oleh belaskasihan untuk memberi makan kepada 4000 orang. Mereka kekurangan atau kesedikitan makanan.  Hanya ada 7 roti dan beberapa ekor ikan saja yang tentu saja tidak cukup untuk mengenyangkan semua orang yang sedemikian banyak itu.

Yesus “mengambil alih kekurangan” itu setelah mereka memberikan roti dan ikan (hosti dan anggur, persembahan material yang diwujudnyatakan dengan kolekte) yang sedikit saja itu kepada Yesus.

Lalu Yesus menerima roti dan ikan (persembahan/hasil jerih payah) dari mereka (kita, umat sendiri – bukan disiapkan oleh Tuhan Yesus) yang sangat kurang itu, dan mengucap syukur dan berkat atasnya, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kembali kepada murid-muridNya  (kita, umat pada waktu “sambut/komuni – entah sambut/komuni nyata ataupun sambut/komuni batin ), tetapi yang sudah diberkati oleh Tuhan. Dan mereka semua makan sampai kenyang, bahkan berkelimpahan. Masih ada sisa lagi dari yang sebelumnya dirasa sangat sedikit dan sangat kurang.

Kita  diajak oleh Tuhan untuk tahu bersyukur untuk segala sesuatu yang telah diperoleh (sedikit atau kurang, banyak atau lebih atau berkelimpahan). Tuhan yang akan menggandakan yang kurang.  Bersyukur, bersyukur dan bersyukurlah senantiasa!

Semakin  kita  bersyukur dan tahu bersyukur/berterimakasih lewat pemberian hosti dan anggur  kita,  lewat persembahan material kita  yang wajib digantikan dengan kolekte (bukan vakultatip), semakin melimpah rahmat dan berkat Tuhan untuk kita.

Misa harian (vakultatip) adalah waktu yang tepat untuk bersyukur atas berkat selama sehari kemarin, dan mohon kepada  Tuhan untuk “menggandakan” lagi kekurangan/kesedikitan “roti” hari kemarin sepanjang hari yang baru.

Misa Hari Minggu, wajib ikut, untuk  bersyukur atas segala sesuatu yang telah dinikmati selama seminggu yang lalu, dan mohon untuk  pergandakan lagi kekurangan selama seminggu yang lalu untuk seminggu ke depannya. Selamat ikut Misa Harian (fakultatip – tapi tetap untung rahmat dan berkat untuk sehari kalau ikut) dan Selamat wajib ikut misa hari Minggu atau Hari-hari Raya  yang disamakan dengan Hari Minggu (“Kuduskanlah Hari Tuhan” adalah Perintah Tuhan sendiri)!

Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita  sekalian dan menggandakan “roti hidup” kita  menjadi berkelimpahan. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *